Rabu, 31 Agustus 2016

Dubes Galuzin: Latihan Rusia-China di LCS Tak Ganggu Stabilitas

JAKARTA - Angkatan Laut Rusia dan China bersiap untuk melakukan latihan bersama pada 11-19 September 2016. Salah satu lokasi latihan militer berada di wilayah pantai dan perairan di Laut China Selatan.
Sebagaimana diberitakan TASS, kapal AL Rusia akan mulai berlayar pada awal September menuju China. Muncul kekhawatiran hal tersebut akan memicu ketidakstabilan di kawasan, terutama bagi negara-negara yang terlibat sengketa wilayah LCS dengan China.

Namun, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin meyakinkan bahwa latihan bersama militer Rusia dan China tersebut tidak bermaksud untuk merusak stabilitas kawasan. Latihan tersebut adalah bagian dari latihan bersama sesuai kesepakatan militer kedua negara.
"Saya pribadi belum mendengar. Tetapi, jika benar terjadi di LCS, maka itu tidak bertujuan untuk menimbulkan krisis. Latihan adalah untuk menguatkan kerjasama Rusia-China," papar Galuzin dalam press briefing di kediaman pribadinya di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (31/8/2016).
Pria berkacamata itu menambahkan, Rusia tidak ingin mengganggu stabilitas kawasan mana pun dengan latihan militer tersebut. Galuzin mengambil contoh latihan militer antara Amerika Serikat dan Korea Selatan yang malah menimbulkan ketidakstabilan di kawasan Semenanjung Korea.
Sebagaimana diketahui, China mengklaim sebagian besar wilayah di Laut China Selatan. Klaim tersebut bertentangan dengan sejumlah negara seperti Taiwan, Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam, dan Malaysia.

Sumber :  http://news.okezone.com/

AKHIRNYA KEMENDAGRI MEMBLOKIR SITUS ILEGAL ( ektp.cektkp.com ) YANG BERTUJUAN MENGETAHUI IDENTITAS SESEORANG MELALUI KTP ELEKTRONIK

 Nur Romdlon

Info tersebar melalui berbagai media sosial.
 Gunawan Laruhun - Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dirjen Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) akhirnya bergerak cepat dengan memblokir website cek Kartu Tanda Penduduk (KTP) dengan alamat http://ektp.cektkp.com/. Situs itu beberapa hari terakhir banyak disebut digunakan untuk mengetahui identitas seseorang hanya dengan memasukkan Nomor Induk Kependudukan (NIK). Info itu tersebar melalui penyebaran media sosial seperti WhatsApp, Facebook, BlackBerry Messanger, dan lain sebagainya.



Pemblokiran itu dilakukan pada Sabtu (27/8) oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) atas permintaan resmi Kemendagri. Dirjen Dukcapil Kemendagri Zudan Arif Fakrulloh meminta masyarakat untuk tidak mengakses situs tersebut karena tidak valid karena menggunakan data lama, apalagi data yang ada di website tersebut hanya data penduduk usia di atas 17 tahun.
 "Untuk situs itu kita sudah cek, itu bukan dari Kemendagri. Kalau Kemendagri NIK yang tertera lengkap, sedangkan yang pada situs tersebut hanya dari umur 17 tahun ke atas," kata Zudan seperti dilansir brilio.net dari situs resmi Dirjen Dukcapil, Senin (29/8).

Zudan juga menyebut jika hingga saat ini data penduduk masih aman di Sistem Database Kependudukan Nasional. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo juga menegaskan jika situs itu bukanlah milik Kemendagri.

Saat ini, jika situs http://ektp.cektkp.com/ dibuka, maka akan muncul keterangan jika laman tersebut sudah ditutup. Selain itu juga ada penjelasan dari Kemendagri bahwa broadcast yang ada di media sosial adalah hoax. Situs Kemendagri yang digunakan untuk mengecek e-KTP adalah http://www.dukcapil.kemendagri.go.id/ceknik.

Sumber : https://www.brilio.net/

1 SEPTEMBER 2016 HARI INI AKAN TERJADI GERHANA MATAHARI CINCIN SEKITAR JAM 05 SORE, MELEWATI 124 KOTA DI INDONESIA


Brilio.net - Fenomena alam berupa Gerhana Matahari Cincin (GMC) akan terjadi pada 1 September 2016 hari ini. Fenomena langka ini dapat dilihat di 124 kota di 10 provinsi Indonesia.


Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), alur GMC tersebut akan melewati Samudera Atlantik, Afrika bagian tengah, Madagaskar, dan Samudera Hindia.

"Di Indonesia, gerhana ini dapat diamati pada sore hari menjelang matahari terbenam berupa Gerhana Matahari Sebagian, yaitu di Kep Mentawai, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, dan Jawa Timur bagian barat," tulis BMKG dalam rilisnya, seperti dikutip brilio.net, Rabu (31/8).
 Gerhana dimulai saat Kontak Pertama terjadi, yaitu ketika piringan bulan, yang ditampilkan berupa lingkaran putih dengan garis putus-putus, mulai menutupi piringan matahari, yang ditampilkan berupa lingkaran berwarna kuning. Seiring berjalannya waktu, piringan matahari yang tergerhanai akan semakin besar hingga hingga mencapai puncaknya yang disebut sebagai Puncak Gerhana.


Menurut BMKG, waktu kejadian gerhana di setiap lokasi akan berbeda-beda. Kontak pertama GMC di Indonesia adalah di Pacitan, Jawa Timur yang terjadi pada pukul 17.26 WIB yang selanjutnya menyebar ke daerah lain. Karena terjadi pada sore hari, maka semua lokasi di Pulau Jawa dan Kalianda Lampung hanya terlewati oleh kontak pertama sama untuk kemudian mataharinya terbenam.

Puncak GMC akan pertama kali teramati di Seai Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat pada pukul 17.52 WIB untuk selanjutnya menyebar ke lokasi lain di Sumatera. Sementara durasi GMC paling lama akan terjadi di Kota Manna, Bengkulu selama 34 menit 30 detik. GMC akan selesai paling akhir di Kepahingan, Bengkulu pada pukul 18.06 WIB.

Sumber : https://www.brilio.net/

Selasa, 30 Agustus 2016

IRAN EKSEKUSI MATI SEORANG AHLI NUKLIRNYA YANG DIDUGA KUAT ADALAH MATA-MATA AMERIKA SERIKAT



TEMPO.CO, Jakarta - Ahli nuklir Shahram Amiri dieksekusi mati di Iran atas tuduhan sebagai mata-mata Amerika Serikat (AS). Ibu korban mengungkapkan jenazah Amiri sudah dikembalikan ke tanah kelahirannya, seperti dikutip dari BBC, Minggu, 7 Agustus 2016.

Tampak bekas jerat tali di leher pada jasad Amiri yang memberi petunjuk bahwa pria kelahiran 1977 itu dieksekusi mati dengan cara digantung. Jenazah Amiri telah dimakamkan.

Amiri dinyatakan hilang setelah menjalankan ibadah haji di Mekah, Arab Saudi, sekitar Mei-Juni 2009. Setahun kemudian, dia muncul di AS dan menyatakan telah diculik dan berada dalam tekanan psikologi berat untuk mengungkap informasi sensitif oleh Badan Intelijen AS (CIA).

"Mereka membawa saya ke satu rumah yang saya tidak tahu nama tempatnya. Mereka menyuntikkan saya obat bius," kata Amiri dalam satu rekaman video saat muncul di AS pada Juni 2010.

Dalam video rekaman lainnya, ahli bom nuklir warga Iran ini mengatakan dia telah melarikan diri dari tahanan AS. Dia kembali ke negaranya di Teheran pada 13 Juli 2010 dengan disambut sebagai pahlawan.

Namun, pada Mei 2011, Amiri ditangkap aparat Iran dengan tuduhan mencoba berkhianat. Ia disembunyikan di tempat rahasia.

Pejabat AS mengatakan Amiri telah membelot dan atas keinginan sendiri memberikan informasi mengenai pasukan keamanan.

Seperti dikutip dari ibtimes.com, Amiri kembali ke Iran dan kemudian memberikan informasi tentang pasukan keamanan ke AS.

Saat Amiri pergi ke Iran, menurut pejabat AS, ia meninggalkan uang sedikitnya US$ 5 juta yang ditawarkan CIA sebagai pengganti informasi yang diberikan Amiri mengenai program nuklir Iran. "Dia telah pergi, namun uangnya masih di sini," ujar pejabat AS itu.

BBC | INTERNATIONAL BUSINESS TIMES | MARIA RITA

Sumber : https://dunia.tempo.co/

MENLU PHILIPINA - SATU WARGA INDONESIA BERHASIL DISELAMATKAN OLEH MILITER PHILIPINA DARI PENYANDERAAN ABU SAYAF



TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Filipina, Perfecto Yasay Jr, menegaskan tidak ada satupun sandera Warga Negara Indonesia yang tewas dalam operasi militer Filipina saat menyerbu markas Abus Sayyaf yang tengah berlangsung sejak beberapa waktu terakhir.
“Malah ada satu sandera Indonesia yang berhasil diselamatkan,” kata Perfecto kepada Tempo saat ditemui di Manila, Filipina, Senin malam, 29 Agustus 2016. Bahkan, dia melanjutkan sandera ini mungkin saja sudah dipulangkan otoritas Filipina ke Indonesia. “Kalau sudah di-debriefing oleh otoritas Filipina.”


Perfecto menambahkan,  pemerintah Indonesia juga bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri RI dalam operasi pembebasan sandera ini. Ini sesuai kesepakatan kedua belah negara yang berlaku sejak 1972. Kerjasama itu berbentuk berbagi informasi dan pengawalan keamanan wilayah bersama.


“Jadi pihak keamanan RI dan pihak keamanan kami bisa ikut dalam kapal komersial yang perlu pengawalan," kata dia. Selain itu, dia menuturkan kerja sama juga dilakukan dalam bentuk patroli bersama.


Adapun pasukan militer Filipina dikabarkan masih melancarkan sejumlah operasi militer untuk menumpas basis kelompok Abu Sayyaf. Kementerian Luar Negeri RI terus meminta Pemerintah Filipina untuk memastikan intensitas operasi itu tidak mengancam keselamatan sandera Warga Negara Indonesia.


Direkrut Jenderal Perlindungan WNI Kemlu, Muhammad Iqbal, mengatakan komunikasi Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dan Menlu Filipina terus terjalin. "Untuk memastikan bahwa langkah apapun yang akan dilakukan pihak Filipina, tetap mempertimbangkan keselamatan sandera,"  kata Iqbal lewat pesan singkat kepada Tempo, Senin, 29 Agustus 2016.


Dilansir dari situs Inquirer.net,  Ahad kemarin, operasi militer berhasil menumpas tiga petinggi kelompok Abu Sayyaf. Mereka tewas dalm bentrok yang terjadi selama dua hari di daerah Patikul, Perairan Sulu, Filipina Selatan. Kepala pasukan Komando Mindanao Barat (Wesmincom), Mayolargo de la Cruz, mengatakan ketiga orang itu dipastikan adalah Mohammad Said alias Amah Maas, Sairul Asbang, dan Abu Latip.

Bentrok yang berlangsung selama dua hari sejak 26 Agustus lalu ini juga menyebabkan 17 prajurit Filipina terluka dalam bentrok. “Pasukan (Filipina) menemukan 10 tubuh yang tewas, termasuk tubuh Said,” kata  Cruz.


Said, diyakini sebagai tokoh yang berada di balik penculikan tiga warga negara asing dan seorang wanita Filipina di Pulau Samal pada September 2015. Mereka juga diyakini sebagai kelompok yang membantai dua warga Kanada yaitu John Ridsdel dan Robert Hall.


Cruz memastikan operasi militer tidak mengancam nyawa setiap individu yang ditawan kelompok radikal itu. “Kami sangat berhati-hati. Selain itu, kami memiliki informasi intelejen tentang lokasi para sandera saat bergerak.”

Sumber : https://dunia.tempo.co/

Senin, 29 Agustus 2016

DUA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA YANG TERLUPAKAN ?

Oleh : Gunawan laruhun



Anda Sebelumnya sudah pernah dengar 2 Presiden Indonesia Yang Terlupakan ? Mungkin masih banyak dari kalian yang berpikiran bahwa Indonesia hingga saat ini baru dipimpin oleh enam presiden, yaitu Soekarno, Soeharto, B.J. Habibie, K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan saat ini Presiden Joko Widodo.

Namun hal itu ternyata keliru atau salah . Indonesia, menurut catatan sejarah, hingga detik  ini sebenarnya sudah dipimpin oleh sembilan presiden. ( 9 Presiden )



Nama yang terlupakan itu adalah Sjafruddin Prawiranegara yang menjabat presiden pada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dari tanggal 22 Desember 1948 hingga 13 Juli 1949. Selain Sjafruddin, presiden yang tak tercatat itu adalah Mr Assaat yang memangku sementara jabatan Presiden Republik Indonesia (RI) pada periode 27 Desember 1949 hingga 15 Agustus 1950, setelah Konferensi Meja Bundar (KMB).
Muchlis, pengamat sejarah, menjelaskan, Sjafruddin pernah menjabat sebagai Presiden merangkap menteri pertahanan, penerangan dan luar negeri ad interim pada PDRI yang dibentuk untuk menyelamatkan pemerintahan RI. Saat itu, Belanda baru saja melancarkan agresi militer ke-2 pada 19 Desember 1948 di Ibukota RI yang saat itu berkedudukan di Yogyakarta.



Belanda pun menahan Presiden dan Wakil Presiden RI, Soekarno-Hatta.Di sela-sela penangkapan itu, Soekarno mengirim telegram kepada Sjafruddin yang menjabat sebagai Menteri Kemakmuran RI dan tengah berada di Bukittinggi, Sumatra Barat. Kepada Sjafruddin, Soekarno meminta agar dibentuk pemerintahan darurat di Sumatera jika pemerintah tidak dapat menjalankan kewajibannya lagi.Sjafruddin dan tokoh-tokoh bangsa lainnya di Sumatra kemudian membentuk PDRI untuk menyelamatkan negara yang berada dalam keadaan berbahaya akibat kekosongan posisi kepala pemerintahan. Padahal, posisi itu menjadi salah satu syarat internasional untuk diakui sebagai negara. PDRI pun diproklamirkan 22 Desember 1948 di Desa Halaman, sekitar 15 Kilometer dari Payakumbuh.

Jabatan Presiden merangkap menteri pertahanan, penerangan dan luar negeri ad interim yang diisi Sjafruddin kemudian berakhir setelah dia menyerahkan kembali mandatnya kepada Soekarno yang kembali ke Yogyakarta pada 13 Juli 1949. Riwayat PDRI pun berakhir.Sementara itu, Mr Assaat pernah dipercaya menjabat Pemangku sementara jabatan Presiden Republik Indonesia (RI) pada periode 27 Desember 1949 hingga 15 Agustus 1950. Jabatan itu diamanatkan kepada Mr Assaat, setelah perjanjian KMB 27 Desember 1949 memerintahkan pemerintah Belanda menyerahkan kedaulatan Indonesia kepasa pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS).
RIS merupakan negara serikat yang terdiri dari 16 negara bagian, salah satunya adalah Republik Indonesia (RI) yang saat itu dipimpin pemangku sementara jabatan Presiden, Mr Assaad. Jabatan itu diisi Mr Assaat karena Soekarno dan Hatta ditetapkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden RIS dan pimpinan RI kosong.Menurut Muchlis, peran Mr Assaat saat penting karena jika RI tanpa pimpinan, berarti ada kekosongan dalam sejarah Indonesia. Jabatan Mr Assaat sebagai pemangku sementara jabatan Presiden RI, berakhir setelah Belanda dan dunia internasional mengakui kembali kedaulatan RI.RIS dilebur menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 15 Agustus 1950. Soekarno dan Hatta kembali ditetapkan menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI, sementara jabatan Mr Assaat sebagai pemangku sementara jabatan Presiden RI dinyatakan berakhir.

Kronologis sejarah 

 Pada tanggal 19 Desember Tahun 1948, saat Belanda melakukan agresi militer II dengan menyerang dan menguasai ibu kota RI saat itu di Yogyakarta, mereka berhasil menangkap dan menahan Presiden Soekarno, Moh. Hatta, serta para pemimpin Indonesia lainnya untuk kemudian diasingkan ke Pulau Bangka.

Kabar penangkapan terhadap Soekarno dan para pemimpin Indonesia itu terdengar oleh Sjafrudin Prawiranegara yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran dan sedang berada di Bukittinggi, Sumatra Barat.

Mr. Sjafruddin Prawiranegara
Untuk mengisi kekosongan kekuasaan, Sjafrudin mengusulkan dibentuknya pemerintahan darurat untuk meneruskan pemerintah RI.

Padahal, saat itu Soekarno - Hatta mengirimkan telegram berbunyi, "Kami, Presiden Republik Indonesia memberitakan bahwa pada hari Minggu tanggal 19 Desember 1948 jam 6 pagi Belanda telah mulai serangan atas Ibu Kota Jogjakarta.

Jika dalam keadaan pemerintah tidak dapat menjalankan kewajibannya lagi, kami menguasakan kepada Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran RI untuk membentuk Pemerintahan Darurat di Sumatra".

Namun saat itu telegram tersebut tidak sampai ke Bukittinggi. Meski demikian, ternyata pada saat bersamaan Sjafruddin Prawiranegara telah mengambil inisiatif yang senada.

Dalam rapat di sebuah rumah dekat Ngarai Sianok Bukittinggi, 19 Desember 1948, ia mengusulkan pembentukan suatu pemerintah darurat (emergency government).

Gubernur Sumatra Mr. T.M. Hasan menyetujui usul itu "demi menyelamatkan Negara Republik Indonesia yang berada dalam bahaya, artinya kekosongan kepala pemerintahan, yang menjadi syarat internasional untuk diakui sebagai negara".


Pada 22 Desember 1948, di Halaban, sekitar 15 km dari Payakumbuh, PDRI "diproklamasikan" . Sjafruddin duduk sebagai ketua/presiden merangkap Menteri Pertahanan, Penerangan, dan Luar Negeri, ad. interim.

Kabinatenya dibantu Mr. T.M. Hasan, Mr. S.M. Rasjid, Mr. Lukman Hakim, Ir. Mananti Sitompul, Ir. Indracahya, dan Marjono Danubroto. Adapun Jenderal Sudirman tetap sebagai Panglima Besar Angkatan Perang.

Sjafruddin menyerahkan kembali mandatnya kepada Presiden Soekarno pada tanggal 13 Juli 1949 di Yogyakarta. Dengan demikian, berakhirlah riwayat PDRI yang selama kurang lebih delapan bulan melanjutkan eksistensi Republik Indonesia.

Mr. Assaat

Dalam perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) yang ditandatangani di Belanda, 27 Desember 1949 diputuskan bahwa Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS terdiri dari 16 negara bagian, salah satunya adalah Republik Indonesia. Negara bagian lainnya seperti Negara Pasundan, Negara Indonesia Timur, dan lain-lain.


Karena Soekarno dan Moh. Hatta telah ditetapkan menjadi Presiden dan Perdana Menteri RIS, maka berarti terjadi kekosongan pimpinan pada Republik Indonesia.

Assaat adalah Pemangku Sementara Jabatan Presiden RI. Peran Assaat sangat penting. Kalau tidak ada RI saat itu, berarti ada kekosongan dalam sejarah Indonesia bahwa RI pernah menghilang dan kemudian muncul lagi. 


Namun, dengan mengakui keberadaan RI dalam RIS yang hanya beberapa bulan, tampak bahwa sejarah Republik Indonesia sejak tahun 1945 tidak pernah terputus sampai kini. Kita ketahui bahwa kemudian RIS melebur menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia tanggal 15 Agustus 1950. Itu berarti, Assaat pernah memangku jabatan Presiden RI sekitar sembilan bulan.

Oleh Karena Itu, dengan demikian, Joko Widodo adalah presiden RI yang ke-9. Urutan Presiden RI adalah sebagai berikut: Soekarno (diselingi oleh Sjafruddin Prawiranegara dan Assaat), Soeharto, B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo.


Semoga artikel ini menjadi saksi sejarah indonesia, Damai Indonesiaku , jaya Indonesiaku, Dirgahayu Indonesiaku yang ke 71, merdeka !!! 

Daftar Pustaka : Ensikklopedia Indonesia
                         http://artikelmenarikunik.blogspot.co.id/
                         https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0ahUKEwi_r6H4zObOAhXIO48KHXxODbcQFggnMAI&url=https%3A%2F%2Fid-id.facebook.com%2Fnotes%2Fkoran-fesbuk%2Fkfhistory-dua-presiden-indonesia-yang-terlupakan%2F471272989531%2F&usg=AFQjCNFxsZgB7_kk5AMdZzNmPds5l0EisA&sig2=o3pEAf5fNCLf-ovGY6m5KQ&bvm=bv.131286987,d.c2I&cad=rjt

Minggu, 28 Agustus 2016

PEREMPUAN BERHATI BAJA "CUT NYAK DIEN"


Cut Nyak Dien lahir di lampadang Kerajaan Aceh, 1848 dan beliau meninggal dunia di wilayah pengasihannya pada tanggal 6 November 1908,sumedang Jawa Barat (di makamkan di gunung puyuh). Beliau merupakan anak ulubalang kerajaan aceh yang bernama nanta setia. Cut Nyak Dien dengan semua jasa – jasanya dalam melawan penjajah Belanda sangat terkenal dan di kenang luas tidak hanya oleh warga Aceh namun bagi semua rakyat Indonesia. Untuk segala perjuangannya dalam Perang Aceh, pemerintah menganugerahinya gelar Pahlawan Nasional Indonesia. Pada awalnya, Cut Nyak Dien menikah dengan Ibrahin Lamnga. Sama sepertinya, suaminya juga seorang pejuang melawan Belanda. Dalam sebuah pertempuran dengan Belanda di Gle Tarum, Ibrahim Lamnga meninggal dunia tepatnya pada tanggal 29 Juni 1878. Kemudian ia menikah lagi dengan teuku umar, ia adalah salah satu tokoh yang melawan belanda. Di saat ia melamar cut nyak dien, pertamanya beliau menolak tetapi karna teuku umar memperbolehkan ia ikut serta dalam medan perang, cut nyak dien setuju menikah denganya pada tahun 1880. Mereka di karuniai anak yang bernama cut gambang. Setelah itu teuku umar bersama cut nyak dien bersatu untuk melawan belanda. Namun, teuku umar gugur saat menyerang meulaboh pada tanggal 11 februari 1899, sehingga ia berjuang sendiri di pedalaman meulaboh. Masa Kecil Cut Nyak Dien memiliki sebuah garis keturunan yang tercatat memang menomor satukan perintah agama. Keluarganya juga bukan rakyat biasa, ia lahir dari garis keluarga bangsawan. Daerah dimana ia di lahirkan dalam beberapa literatur di sebut dengan wilayah VI mukim, yang tercatat dari momen kelahirannya hanya tahunnya saja, yaitu 1848. Kerta wijaya (2002:57) . Terlahir dari keturunan bangsawan, ayahnya bernama Teuku Nanta Setia dan ibunya adalah putri uleebalang Lampagar. Cut Nyak Dien memperoleh pendidikan bidang agama dan keahlian hidup dengan baik dari oarng tua dan guru nya. Orang tuanya mengajarkan beliau keahlian untuk menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik. Di ajarkannya mulai dari memasak, mengurus suami, serta hal – hal kecil lainnya terkait kehidupan rumah tangga. Ia juga mendapat pengajaran agama yang mumpuni dari guru ngajinya. Cut Nyak Dien kecil tumbuh menjadi gadis yang cantik dan di sukai banyak pemuda di wilayahnya. Banyak yang datang melamarnya. Kemudian orang tuanya menikahkan beliau dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga, mereka menikah pada tahun 1862. Suaminya merupakan putra dari uleebalang Lamnga XIII. Dari pernikahannya ini, Cut Nyak Dien di karuniai seorang anak laki - laki. Perjuangan Melawan Belanda Belanda pertama kali melancarkan serangan ke Aceh pada tanggal 26 Maret 1873. 

Dari kapal perangnya yang di beri nama Citadel van Antwerpen, Belanda mulaimenembakan meriam dan menggempur wilayah Aceh. Rakyat Aceh tentu tidak tinggal diam, mereka juga melancarkan serangan balik yang di pimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Machmud Syah pada tahun 1873-1874. Saat itu, penjajah Belanda di pimpin oleh Johan Harmen Rudolf Kohler, mereka menyerbu Aceh dengan jumlah prajurit mencapai 3.198. Hal pertama ketika penjajah Belanda mulai menyerang Aceh adalah menguasai Masjid Raya Baiturrahman. Mereka mendarat melalui Pantai Ceureumen. Belanda langsung membakar Masjid Raya Baiturrahman. Cut Nyak Dien melihatnya dan tidak tinggal diam. Ia langsung membangkitkan rasa perjuangan rakyat Aceh dengan berteriak keras : "Lihatlah wahai orang-orang Aceh!! Tempat ibadat kita dirusak!! Mereka telah mencorengkan nama Allah! Sampai kapan kita begini? Sampai kapan kita akan menjadi budak Belanda? Pada saat itu, Kesultanan Aceh mampu memukul mundur Penjajah Belanda. Kohler yang menjadi pemimpin merekapun tewas dalam pertempuran karena tertembak. Alhasil Kesultanan Aceh berhasil memenangkan pertempuran pertama, suami Cut Nyak Dien yang bertempur di jajaran terdepan pulang dengan tersenyum. Perang ini terjadi pada April 1873. Namun berikutnya, Belanda melancarkan serangan kembali pada tahun 1874-1880. Pada tahun 1873 wilayah VI Mukim dapat di lumpuhkan oleh Belanda di bawah pimpinan Jenderal Jan Van Swieten. Penjajah Belanda juga menguasai Keraton Kesultanan Aceh pada tahun 1874. Ini membuat rakya Aceh tidak memiliki lagi tempat yang aman untuk di tinggali. Rakyat Aceh akhirnya memilih mengungsi pada tanggal 24 Desember 1875, yang di utamakan mengungsi adalah ibu – ibu dan anak – anak, Cut Nyak Dien juga ikut dalam rombongan pengungsi. Sedangkan suaminya dan bersama para lelaki lain berjuang bertempur melawan penjajah Belanda guna mengambalikan Kesultanan Aceh dengan merebut wilayah VI mukim. Dalam pertempuran ini, Ibrahim Lamnga, suami Cut Nyak Dien gugur dalam medan pertempuran. Ibrahim Lamnga tewas pada tanggal 29 Juni 1878. Inilah titik dimana Cut Nyak Dien mengambil ikrar untuk tidak akan berhenti memperjuangkan Aceh dan menghancurkan Penjajah Belanda. di catatan perjalanan hidup Cut Nyak Dien, ia menikah untuk kedua kali dengan seorang tokoh perjuangan Aceh yang sangat di segani bernama Teuku Umar. Meskipun pertamanya Cut Nyak Dien menolak lamaran dari Teuku Umar, namun kemudian ia menerimanya juga setelah calon suaminya itu tetap akan mengizinkan ia guna menumpaskan Belanda. Mereka menikah pada tahun 1880. Pernikahan ini di sambut baik oleh rakyat Aceh dan menambah gairah semangat perjuangan rakyat Aceh dalam melawan penjajah Belanda. Dari pernikahan dengan Teuku Umar, Cut Nyak Dien di karunia seorang anak yang di beri nama Cut Gambang. Perjuangan berlanjut dengan meenggunakan taktik perang Gerilya. Perang ini tidak hanya perjuangan dalam mengusir penjajah Belanda, namun juga merupakan upaya untuk menegakan agama Alloh dan di namakan perang fi'sabililah yaitu perang di jalan Alloh melawan kafir Belanda. Langkah awal yang di ambil oleh Teuku Umar adalah mendekati Belanda dan membangun hubungan yang kuat antara keduanya, semua di lakukan guna mendapat kepercayaan Belanda. Dan semuanya mencapai puncak ketika Teuku Umar bersama 250 pasukannya "meyerahkan diri" kepada Belanda dan mengaku berniat ingin bergabug dengan Belanda. Ini di lakukan pada tanggal 30 September 1893. Belanda yang pastinya sangat menyetujui dengan langkah yang di ambil oleh teuku Umar ini langsung menganugerahi ia dengan gelar Teuku Umar Johan Pahlawan. Selain itu, Belanda juga memberikan kekuasaan penuh kepada teuku Umar untuk menjadi komandan unit pasukan Belanda. Namun strategi yang di ambil oleh teuku Umar dan Cut Nyak dien ini bukan tanpa pertentangan. 
Banyak rakyat Aceh mengira bahwa mereka telah mengkhianati Aceh. Salah satunya yaitu Cut Nyak Meutia yang langsung mendatangi Cut Nyak Dien dan langsung memakinya. Meskipun Cut Nyak Dien berhasil untuk meyakinkan kembali Cut Nyak Meutia untuk kembali berfokus melawan Belanda karena pada dasarnya semua yang di lakukan oleh Teuku Umar adalah salah satu upaya dalam melemahkan Belanda dari dalam. Teuku Umar masih tetap fokus untuk meengganti sebanyak – banyak orang Belanda menjadi orang Aceh di pasukan yang ia pimpin. Sambil terus mempelajari taktik perang yang di pakai oleh Belanda. Hingga pada saat dimana orang Aceh yang masuk dalam pasukannya di rasa sudah cukup, Teuku Umar merencanakan untuk menggempur Aceh. Tentu inipun di maksudkan dalam upaya untuk mengelabui Belanda. Ketika rencana untuk menggempur basis Aceh itu telah di setujui Belanda. Maka, Teuku Umar dan Cut Nyak Dien bersama dengan pasukan serta peralatan perang berupa senjara berat lengkap dengan amunisinya pergi berangkat ke Aceh. Namun ternyata mereka tidak pernah kembali lagi ke Belanda. Pengkhianatan Teuku Umar ke pihak Belanda ini di kenal dengan Het Verraad van Teukoe Oemar atau pengkhianatan Teuku Umar. Alhasil di pastikan Belanda sangat marah dengan kejadian ini. Mereka mengamuk dengan melancarkan operasi besar – besaran untuk menangkap teuku Umar dan Cut Nyak Dien. Sementara itu pasukan Belanda sekarang di pimpin oleh Jenderal Jakobus Ludovicius Hubertus Pel, menggantikan yang sebelumnya Jenderal Van Swieten. Dengan bekal peralatan perang yang lengkap, Teuku Umar berhasil menghancurkan pasukan Belanda. Jenderal Jakobus berhasil di bunuh. Belanda benar – benar dalam masalah besar sehingga mereka mencabut gelar Teuku Umar dan membakar rumahnya juga. Belanda tetap mencari cara agar dapat melumpuhkan kekuatan Aceh. Mereka membayar orang untuk terus mematai – matai Teuku Umar untuk mendapatkan rencana apa yang nantinya akan di ambil oleh Teuku Umar. Maka di ketahui bahwa Teuku Umar akan menyerang Belanda pada tanggal 11 Februari 1899. Karena rencananya sudah di ketahui, Teuku Umar gugur dalam perang tersebut. Meskipun sedih bukan main, Cut Nyak Dien tetap tegar dan mengatakan bahkan sempat memarahi anaknya yaitu Cut Gambang yang menangis di hadapan jasad ayahnya 'Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid'. Cut Nyak Dien terus melancarkan serangan kepada Belanda di pedalaman Meulaboh bersama dengan para pasukannya. Tertangkap Oleh Belanda Dengan usia yang sudah menua, Cut Nyak Dien terus berjuang melawan Belanda. Namun bagaimanapun pihak Belanda lebih kuat karena di dukung kekuatan yang lengkap. Terlebih lagi Cut Nyak Dien memilki penyakit encok dan mata rabun. Di tambah jumlah pasukan yang makin berkurang dan kurangnya pasokan makanan. Akhirnya, salah satu pasukannya melaporkan keberadaan Cut Nyak Dien kepada Belanda. Yang melapor tersebut bernama Pang Laot. Belanda datang berhamburan menyerbu tempat Cut Nyak Dien di Beutong Le Sageu. Mereka bertempur mati – matian meskipun akhirnya Cut Nyak Dien tertangkap oleh pihak Belanda. Sementara anakanya, Cut Gambang, berhasil kabur ke hutan dan meneruskan perjuangan melawan penjajah Belanda. Masa Gugur Cut Nyak Dien akhirnya di bawa ke Banda Aceh dan di rawat disana. Penyakitnya juga semakin membaik. Namun walaupun sudah tidak melancarkan serangan, Belanda khawatir bahwa kehadiran Cut Nyak Dien di Banda Aceh akan membangunkan kembali semangat perlawanan warga Aceh. Terlebih lahi ia masih aktif membangun komunikasi dengan para gerilyawan. Belanda akhirnya memutuskan untuk mengirim Cut Nyak Dien dan di asingkan ke Sumedang – Jawa Barat. Bersama dengan tahanan yang lain , Cut Nyak Dien dibawa ke Sumedang. Karena nama besar dan perjuangannya, Bupati Sumedang Suriaatmaja menaruh hormat kepada Cut Nyak Dien. Di dalam tahanan, Cut Nyak Dien di juluki dengan nama "Ibu Perbu", karena di anggap sebagai perempuan yang memiliki pemahaman agama yang mumpuni. Cut Nyak Dien di tahan bersama seorang ulama bernama Kiyai Ilyas. Karena faktor usia, Cut Nyak Dien meninggal di Sumedang pada tanggal 6 November 1908. Namun pada tahun 1959 makamnya baru di temukan. Atas semua jasa besarnya dalam perjuangan melawan Belanda, pemerintahan Soekarno menganugerahinya sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 tepatnya pada tanggal 2 Mei 1964. Gelar pahlawan ini sendiri atas pengajuan Gubernur Aceh saat itu yaitu Ali Hasan. 

Daftar Pustaka :

Ibrahim muchtaruddin, 2001. Cut Nyak Din. Jakarta: Balai Pustaka. Komandoko Gamal, 2007. Kisah 124 Pahlawan dan Pejuang Nusantara. Yogyakarta: media pressindo.

DAFTAR PUSTAKA Ibrahim muchtaruddin, 2001. Cut Nyak Din. Jakarta: Balai Pustaka. Komandoko Gamal, 2007. Kisah 124 Pahlawan dan Pejuang Nusantara. Yogyakarta: media pressindo.

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
DAFTAR PUSTAKA Ibrahim muchtaruddin, 2001. Cut Nyak Din. Jakarta: Balai Pustaka. Komandoko Gamal, 2007. Kisah 124 Pahlawan dan Pejuang Nusantara. Yogyakarta: media pressindo.

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ


Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

Tjoet Nja' Dhien Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan Asal Kesultanan Aceh

Cut Nyak Dhien

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk film Indonesia tahun 1988, lihat Tjoet Nja' Dhien (film).
Cut Nyak Dhien
Tjoet Nya' Dhien.jpg
Cut Nyak Dhien
Lahir 1848
Bendera Kesultanan Aceh Lampadang, Kesultanan Aceh
Meninggal 6 November 1908 (berusia 59–60)
Bendera Belanda Sumedang, Hindia Belanda
Dikenal karena Pahlawan Nasional Indonesia
Agama Islam
Pasangan Ibrahim Lamnga, Teuku Umar
Anak Cut Gambang
Tjoet Nja' Dhien (ejaan lama: Tjoet Nja' Dhien, Lampadang, Kerajaan Aceh, 1848Sumedang, Jawa Barat, 6 November 1908; dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh. Setelah wilayah VI Mukim diserang, ia mengungsi, sementara suaminya Ibrahim Lamnga bertempur melawan Belanda. Ibrahim Lamnga tewas di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni 1878 yang menyebabkan Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah hendak menghancurkan Belanda.
Teuku Umar, salah satu tokoh yang melawan Belanda melamar Cut Nyak Dhien. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak, tetapi karena Teuku Umar memperbolehkannya ikut dalam medan perang, Cut Nyak Dhien setuju untuk menikah dengannya pada tahun 1880. Mereka dikaruniai anak yang diberi nama Cut Gambang.[1] Setelah pernikahannya dengan Teuku Umar, Cut Nyak Dhien bersama Teuku Umar bertempur bersama melawan Belanda. Namun, Teuku Umar gugur saat menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899, sehingga ia berjuang sendirian di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya. Cut Nyak Dien saat itu sudah tua dan memiliki penyakit encok dan rabun, sehingga satu pasukannya yang bernama Pang Laot melaporkan keberadaannya karena iba.[2][3] Ia akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Di sana ia dirawat dan penyakitnya mulai sembuh. Namun, keberadaannya menambah semangat perlawanan rakyat Aceh. Ia juga masih berhubungan dengan pejuang Aceh yang belum tertangkap. Akibatnya, Dhien dibuang ke Sumedang. Tjoet Nyak Dhien meninggal pada tanggal 6 November 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang. Nama Cut Nyak Dhien kini diabadikan sebagai Bandar Udara Cut Nyak Dhien Nagan Raya di Meulaboh.

Kehidupan Awal

Rumah Cut Nyak Dhien di Lampisang, Aceh Besar
Cut Nyak Dhien dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Aceh Besar, wilayah VI Mukim pada tahun 1848. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia, seorang uleebalang VI Mukim, yang juga merupakan keturunan Datuk Makhudum Sati, perantau dari Minangkabau. Datuk Makhudum Sati merupakan keturunan dari Laksamana Muda Nanta yang merupakan perwakilan Kesultanan Aceh pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda di Pariaman.[4]. Datuk Makhudum Sati mungkin datang ke Aceh pada abad ke 18 ketika kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Jamalul Badrul Munir.[2][5]. Sedangkan ibunya merupakan putri uleebalang Lampageu.
Pada masa kecilnya, Cut Nyak Dhien adalah anak yang cantik.[2] Ia memperoleh pendidikan pada bidang agama (yang dididik oleh orang tua ataupun guru agama) dan rumah tangga (memasak, melayani suami, dan yang menyangkut kehidupan sehari-hari yang dididik baik oleh orang tuanya). Banyak laki-laki yang suka pada Cut Nyak Dhien dan berusaha melamarnya. Pada usia 12 tahun, ia sudah dinikahkan oleh orangtuanya pada tahun 1862 dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga[2][5], putra dari uleebalang Lamnga XIII. Mereka memiliki satu anak laki-laki.

Perlawanan saat Perang Aceh

Rencong merupakan senjata tradisional milik Suku Aceh. Cut Nyak Dhien menggunakan Rencong sebagai salah satu alat perang untuk melawan para tentara Kerajaan Belanda pada saat Kerajaan Belanda menyerang Kerajaan Aceh dan membakar Masjid Raya Baiturrahman di tahun 1873.
Pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda menyatakan perang kepada Aceh, dan mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citadel van Antwerpen. Perang Aceh pun meletus. Pada perang pertama (1873-1874), Aceh yang dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Machmud Syah bertempur melawan Belanda yang dipimpin Johan Harmen Rudolf Köhler. Saat itu, Belanda mengirim 3.198 prajurit. Lalu, pada tanggal 8 April 1873, Belanda mendarat di Pantai Ceureumen di bawah pimpinan Köhler, dan langsung bisa menguasai Masjid Raya Baiturrahman dan membakarnya. Kesultanan Aceh dapat memenangkan perang pertama. Ibrahim Lamnga yang bertarung di garis depan kembali dengan sorak kemenangan, sementara Köhler tewas tertembak pada April 1873.
Pada tahun 1874-1880, di bawah pimpinan Jenderal Jan van Swieten, daerah VI Mukim dapat diduduki Belanda pada tahun 1873, sedangkan Keraton Sultan jatuh pada tahun 1874. Cut Nyak Dhien dan bayinya akhirnya mengungsi bersama ibu-ibu dan rombongan lainnya pada tanggal 24 Desember 1875. Suaminya selanjutnya bertempur untuk merebut kembali daerah VI Mukim.
Ketika Ibrahim Lamnga bertempur di Gle Tarum, ia tewas pada tanggal 29 Juni 1878. Hal ini membuat Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah akan menghancurkan Belanda.[2]
Cut Nyak Dien, setelah tertangkap oleh pihak Belanda
Teuku Umar, tokoh pejuang Aceh, melamar Cut Nyak Dhien. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak. Namun, karena Teuku Umar mempersilakannya untuk ikut bertempur dalam medan perang, Cut Nyak Dien akhirnya menerimanya dan menikah lagi dengan Teuku Umar pada tahun 1880. Hal ini membuat meningkatnya moral semangat perjuangan Aceh melawan Kaphe Ulanda (Belanda Kafir). Nantinya, Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar memiliki anak yang diberi nama Cut Gambang.
Perang dilanjutkan secara gerilya dan dikobarkan perang fi'sabilillah. Sekitar tahun 1875, Teuku Umar melakukan gerakan dengan mendekati Belanda dan hubungannya dengan orang Belanda semakin kuat. Pada tanggal 30 September 1893, Teuku Umar dan pasukannya yang berjumlah 250 orang pergi ke Kutaraja dan "menyerahkan diri" kepada Belanda. Belanda sangat senang karena musuh yang berbahaya mau membantu mereka, sehingga mereka memberikan Teuku Umar gelar Teuku Umar Johan Pahlawan dan menjadikannya komandan unit pasukan Belanda dengan kekuasaan penuh. Teuku Umar merahasiakan rencana untuk menipu Belanda, meskipun ia dituduh sebagai penghianat oleh orang Aceh. Bahkan, Cut Nyak Meutia datang menemui Cut Nyak Dhien dan memakinya.[1][2] Cut Nyak Dien berusaha menasihatinya untuk kembali melawan Belanda. Namun, Teuku Umar masih terus berhubungan dengan Belanda. Umar lalu mencoba untuk mempelajari taktik Belanda, sementara pelan-pelan mengganti sebanyak mungkin orang Belanda di unit yang ia kuasai. Ketika jumlah orang Aceh pada pasukan tersebut cukup, Teuku Umar melakukan rencana palsu pada orang Belanda dan mengklaim bahwa ia ingin menyerang basis Aceh.[1]
Teuku Umar, suami kedua Cut Nyak Dhien.
Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien pergi dengan semua pasukan dan perlengkapan berat, senjata, dan amunisi Belanda, lalu tidak pernah kembali. Penghianatan ini disebut Het verraad van Teukoe Oemar (pengkhianatan Teuku Umar).
Teuku Umar yang mengkhianati Belanda menyebabkan Belanda marah dan melancarkan operasi besar-besaran untuk menangkap baik Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar.[1][2] Namun, gerilyawan kini dilengkapi perlengkapan dari Belanda. Mereka mulai menyerang Belanda sementara Jend. Van Swieten diganti. Penggantinya, Jend. Jakobus Ludovicius Hubertus Pel, dengan cepat terbunuh dan pasukan Belanda berada pada kekacauan.[1] Belanda lalu mencabut gelar Teuku Umar dan membakar rumahnya, dan juga mengejar keberadaannya.[2]
Dien dan Umar terus menekan Belanda, lalu menyerang Banda Aceh (Kutaraja) dan Meulaboh (bekas basis Teuku Umar), sehingga Belanda terus-terusan mengganti jenderal yang bertugas.[1] Unit "Maréchaussée" lalu dikirim ke Aceh. Mereka dianggap biadab dan sangat sulit ditaklukan oleh orang Aceh. Selain itu, kebanyakan pasukan "De Marsose" merupakan orang Tionghoa-Ambon yang menghancurkan semua yang ada di jalannya.[1] Akibat dari hal ini, pasukan Belanda merasa simpati kepada orang Aceh dan Van der Heyden membubarkan unit "De Marsose".[1] Peristiwa ini juga menyebabkan kesuksesan jenderal selanjutnya karena banyak orang yang tidak ikut melakukan jihad kehilangan nyawa mereka, dan ketakutan masih tetap ada pada penduduk Aceh.[1]
Jenderal Joannes Benedictus van Heutsz memanfaatkan ketakutan ini dan mulai menyewa orang Aceh untuk memata-matai pasukan pemberontak sebagai informan sehingga Belanda menemukan rencana Teuku Umar untuk menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899. Akhirnya, Teuku Umar gugur tertembak peluru. Ketika Cut Gambang, anak Cut Nyak Dhien, menangis karena kematian ayahnya, ia ditampar oleh ibunya yang lalu memeluknya dan berkata:
Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid[1]
Cut Nyak Dien lalu memimpin perlawanan melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya dan mencoba melupakan suaminya. Pasukan ini terus bertempur sampai kehancurannya pada tahun 1901 karena tentara Belanda sudah terbiasa berperang di medan daerah Aceh. Selain itu, Cut Nyak Dien sudah semakin tua. Matanya sudah mulai rabun, dan ia terkena penyakit encok dan juga jumlah pasukannya terus berkurang, serta sulit memperoleh makanan. Hal ini membuat iba para pasukan-pasukannya.[2][3]
Anak buah Cut Nyak Dhien yang bernama Pang Laot melaporkan lokasi markasnya kepada Belanda karena iba.[2][3] Akibatnya, Belanda menyerang markas Cut Nyak Dien di Beutong Le Sageu. Mereka terkejut dan bertempur mati-matian. Dhien berusaha mengambil rencong dan mencoba untuk melawan musuh. Sayangnya, aksi Dhien berhasil dihentikan oleh Belanda.[6][7] Cut Nyak Dhien ditangkap, sementara Cut Gambang berhasil melarikan diri ke hutan dan meneruskan perlawanan yang sudah dilakukan oleh ayah dan ibunya.[1]

Masa Tua dan Kematian

Perangko Peringatan 100 Tahun Cut Nyak Dhien
Setelah ditangkap, Cut Nyak Dhien dibawa ke Banda Aceh dan dirawat di situ. Penyakitnya seperti rabun dan encok berangsur-angsur sembuh. Namun, Cut Nyak Dien akhirnya dibuang ke Sumedang, Jawa Barat, karena ketakutan Belanda bahwa kehadirannya akan menciptakan semangat perlawanan dan juga karena ia terus berhubungan dengan pejuang yang belum tunduk.
Ia dibawa ke Sumedang bersama dengan tahanan politik Aceh lain dan menarik perhatian bupati Suriaatmaja. Selain itu, tahanan laki-laki juga menyatakan perhatian mereka pada Cut Nyak Dhien, tetapi tentara Belanda dilarang mengungkapan identitas tahanan.[1] Ia ditahan bersama ulama bernama Ilyas yang segera menyadari bahwa Cut Nyak Dhien merupakan ahli dalam agama Islam, sehingga ia dijuluki sebagai "Ibu Perbu".[1]
Pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dhien meninggal karena usianya yang sudah tua. Makam "Ibu Perbu" baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan permintaan Gubernur Aceh saat itu, Ali Hasan.[7] "Ibu Perbu" diakui oleh Presiden Soekarno sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964.[1][2]

Makam

Perangko Peringatan 100 Tahun Cut Nyak Dhien
Menurut penjaga makam, makam Cut Nyak Dhien baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan permintaan Gubernur Aceh, Ali Hasan. Pencarian dilakukan berdasarkan data yang ditemukan di Belanda. Masyarakat Aceh di Sumedang sering menggelar acara sarasehan. Pada acara tersebut, peserta berziarah ke makam Cut Nyak Dhien dengan jarak sekitar dua kilometer. Menurut pengurus makam, kumpulan masyarakat Aceh di Bandung sering menggelar acara tahunan dan melakukan ziarah setelah hari pertama Lebaran. Selain itu, orang Aceh dari Jakarta melakukan acara Haul setiap bulan November
Makam Cut Nyak Dhien pertama kali dipugar pada 1987 dan dapat terlihat melalui monumen peringatan di dekat pintu masuk yang tertulis tentang peresmian makam yang ditandatangani oleh Gubernur Aceh Ibrahim Hasan pada tanggal 7 Desember 1987. Makam Cut Nyak Dhien dikelilingi pagar besi yang ditanam bersama beton dengan luas 1.500 m2. Di belakang makam terdapat musholla dan di sebelah kiri makam terdapat banyak batu nissan yang dikatakan sebagai makam keluarga ulama H. Sanusi.
Pada batu nissan Cut Nyak Dhien, tertulis riwayat hidupnya, tulisan bahasa Arab, Surah At-Taubah dan Al-Fajr, serta hikayat cerita Aceh.
Jumlah peziarah ke makam Cut Nyak Dhien berkurang karena Gerakan Aceh Merdeka melakukan perlawanan di Aceh untuk merdeka dari Republik Indonesia. Selain itu, daerah makam ini sepi akibat sering diawasi oleh aparat.
Kini, makam ini mendapat biaya perawatan dari kotak amal di daerah makam karena pemerintah Sumedang tidak memberikan dana.

Sumber :   https://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_Utama

Sabtu, 27 Agustus 2016

Panglima TNI Khawatir Bangsa Indonesia dalam Ancaman




















Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, menyampaikan kekhawatirannya tentang ancaman yang sedang dan akan dihadapi bangsa Indonesia.

 “Kekuatan TNI yang sejati adalah apabila bersama-sama tokoh-tokoh adat dan masyarakat adat, sehingga saya berani sampaikan, saya menitipkan keutuhan NKRI pada tokoh-tokoh adat dan masyarakat adat,” ucap Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo Nurmantyo pada acara Musyawarah Masyarakat Adat Batak (MMAB) di Lapangan terbuka, Parapat, Medan, Sumatera Utara, Sabtu (30/7).

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo meyakini kekuatan sejati adalah TNI bersama Rakyat. (foto : Pupspen TNI)

Dihadapan para tokoh adat Batak, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo juga menyampaikan rasa kekhawatirannya tentang ancaman yang sedang dan akan dihadapi bangsa Indonesia.


“Bersatulah selalu dan bimbinglah masyarakatnya untuk bersatu agar kita menjadi bangsa yang aman, sehingga kita bisa membangun dengan satu visi bersama-sama pemerintah. Pasti kita akan jadi bangsa pemenang yang bisa mewujudkan Indonesia Raya,” ucapnya.


Menghadapi ancaman nyata yang sudah merasuk ke sendi kehidupan berbangsa, bernegara bahkan kehidupan berkeluarga maka bangsa Indonesia harus memahami kembali jati dirinya sebagai bangsa patriot, bergotong royong untuk mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


“Inilah akar budaya yang harus sama-sama kita lestarikan, karena tantangan kedepan semakin sulit,” ujar Gatot.



Di hadapan para tokoh adat Batak, Jenderal Gatot juga menyampaikan bangsa ini adalah bangsa patriot termasuk suku bangsa Batak. Tidak ada satu pun daerah di Indonesia yang tidak punya tarian perang. Tidak ada satupun daerah yang tidak punya ciri khas senjata.


“Dan, ini menunjukkan sekecil apapun sukunya, kalau ditekan pasti dia berani. Banyak Pahlawan dihasiklan negeri ini, Pahlawan nasional Si Singa Mangaraja dan pahlawan revolusi seperti Jenderal D.I Panjaitan dan Pierre Tendean adalah buktinya,” katanya.


“Bapak-bapak mempunyai gen patriot dan punya gen ksatria, kita punya jiwa patriot, kalau jati diri kita disentuh pasti kita lawan dan tidak takut mati,” tegas Jenderal TNI Gatot.


Indonesia melakukan cara bernegaranya dengan persatuan Indonesia, karena terdiri dari bermacam-macam suku, ras, agama dan yang paling penting cara berdemokrasi adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Jadi rakyat dipimpin oleh hikmat.


“Orang yang bijaksana seperti kepala adat, kepala suku yang mewakili masyarakat, tujuannya untuk bermusyawarah mewakili rakyatnya,” kata Panglima TNI.


 Menurut Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dalam acara tersebut, jika Pancasila dilaksanakan dengan konsisten dan konsekuen, maka pasti tujuan nasional tercapai yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tetapi jika Sila Pertama sampai Keempat tidak dilaksanakan dengan konsisten, jangan harap Sila Kelima, keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia tercapai.


Acara ini antara lain dihadiri Raja, Tetua adat dan Tetua Suku dari 6 (enam) etnis lokal yaitu Toba, Karo, Simalungun, Pakpak, Mandailing dan Angkola dengan 260 Marga di Tanah Batak. Tujuan kegiatan ini berdialog dari masyarakat adat dengan pemerintah pusat.


Turut hadir mendampingi Panglima TNI pada acara tersebut, Aster Panglima TNI Mayjen TNI Wiyarto, Askomlek Panglima TNI Marsda TNI Bonar Hutagaol dan Kapuspen TNI Mayjen TNI Tatang Sulaiman. (marksman/ sumber : jpnn.com , poskotanews.com, jakartagreater.com dan rri.co.id)