Senin, 11 Maret 2019

Profil sang Tokoh : SAIFUL BAHRI RURAY, SH., MSi PUTRA KEBANGGAAN MALUKU UTARA


Profil sang Tokoh :

Saiful Bahri Ruray, SH. MSi adalah seorang politisi senior, lahir di Ternate pada tanggal 10 Mei 1961. Sebelumnya pernah menjadi dosen fakultas hukum di universitas khairun Ternate. Beliau memiliki kapasitas intelektual yang mumpuni, santun  yang patut dibanggakan karena punya 
banyak pengalaman. Hasil gambar untuk saiful bahri ruray

Pada tahun 1990an beliau mendedikasikan dirinya dalam pentas dunia politik Tanah Air melalui partai golongan karya (GOLKAR) dan diutus menjadi anggota DPRD Kabupaten Maluku Utara selama dua periode yaitu antara tahun 1997- 1999 dan pada tahun 1999 hingga 2004. Setelah kabupaten Maluku Utara di mekarkan menjadi sebuah Provinsi pada era pemerintahan Presiden BJ. Habibie beliau ditetapkan menjadi pimpinan DPRD Provinsi Maluku Utara pada tahun 2004 hingga 2009. Kiprah dan sepak terjang Saiful Bahri Ruray SH., MSi dalam kancah dunia politik sangat dibanggakan, Beliau di kenal sebagai salah satu tokoh yang memperjuangkan pemekaran kabupaten Maluku Utara menjadi sebuah provinsi Maluku utara seperti sekarang ini. 
 Gambar terkait
Masih dalam partai Golkar pada tahun 2014 hingga sekarang beliau terpilih menjadi anggota DPR RI dapil Maluku Utara. Disamping berkiprah didunia politik beliau juga sangat menguasai sejarah daerah-daerah yang ada di Maluku utara, disamping itu beliau aktif mendorong percepatan pembangunan di provinsi Maluku Utara dengan menjembatani pertemuan pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota dengan pemerintah pusat dalam hal ini Wakil Presiden.  

Ringkasan Pendidikan ;
-          S1 Fakultas Hukum diniversitas Sam Ratulangi pada tahun 1979 – 1988
-          Mendapat gelar Master di Universitas Hasanuddin (UNHAS) makassar pada tahun 2003
-          Mendapat gelar Doktor ilmu hukum di universitas hasanuddin (UNHAS) makassar pada tahun 2010
-          Kemudian pada tahun 2010 melanjutkan pendidikan Hukum di universitas Utrech di Belanda. 

Posisi di DPR-RI :
-          Anggota badan legislasi DPR-RI 2014
-          Anggota komisi VII DPR-RI 2014-2015
-          Anggota Komisi III DPR-RI 2015 – hingga sekarang
-          Anggota badan kehormatan DPR-RI

Kiprah dan Kinerja di DPR :
-          Panitia khusus RUU merek yang sudah disahkan menjadi UU no. 20 tentang merek dan indikasi geografis.
-          Panitia khusus RUU tentang larangan minuman beralkhohol
-          Panitia khusus tentang RUU terorisme yang sudah disahkan menjadi UU no. 5 tahun 2018.
-          Panitia khusus RUU tentang penyadapan
-          Panitia khusus tentang provinsi kepulauan
-          Panitia kerja RUU tentang kebakaran hutan dan lahan
-          Panitia kerja RUU tentang pengawasan orang asing
-          Panitia kerja RUU tentang viktoria sekuritas
-          Panitia kerja RUU tentang KUHP
-          Panitia kerja RUU tentang pengawasan dan perjualan barang bukti
-          Panitia kerja RUU tentang jabatan hakim.

Dan masih banyak lagi kinerja dan kiprah beliau di dunia politik, sosial dan budaya,  adalah putra daerah kebanggaan dari dan untuk Provinsi Maluku Utara.

Selasa, 26 Februari 2019

“MAKNA FORT ORANJE CULTURAL DAN JAZZ FESTIVAL 2019.”


[Jazz, Nalar dan Demokrasi]
oleh : Syaiful Bahri Ruray
Kafe Jakofi, 12 Februari 2019.
 

NKRI -  Ternate - Pada 22 dan 23 Februari 2019 kemarin, telah sukses di gelar perhelatan musik bernuansa jazz di benteng Oranje. Benteng ini dipilih karena ia merupakan sebuah titik awal pertautan kultural antara timur dan barat di nusantara. Benteng Oranje di bangun oleh  Cornelis Metalief de Jonge pada 26 Mei 1607 dan di selesaikan oleh Francois Wittert pada 1609. Awalnya benteng ini adalah benteng melayu, dimana para pedagang melayu sering menempatinya ketika mereka berdagang rempah- rempah di Ternate. Ternate sendiri adalah titik awal Bandar jalur sutera karena perdagangan rempah-rempah nusantara dengan manca negara.


Sebelum kedatangan bangsa Belanda ke Ternate, yang diawali oleh Jacob Corneliszoon van Neck [1588], dan disusul Wijbrand van Warwijk [1599], Ternate telah dikunjungi bangsa Portugis [1512], Spanyol [1521] dan Inggris [1579].Tercatat pelaut Inggris Francis Drake, yang memasuki perairan Moti pada 3 November 1579, kemudiandipandu Sangaji Moti, memasuki dermaga Talangame [Bastiong], Ternate pada 4 November 1579.Armada Inggris ini sempat menerima kunjungan Sultan Babullah di atas kapal bendera Golden Hind pada 6 November 1579, dimana Babullah disambut resmi oleh seluruh perwira kapal dengan penghormatan penuh berupa 12kalitembakan salvo dan kemudian di iringi oleh korps musik[brass music]eskader Inggris yang berjumlah 5 kapal tersebut. Inilah alunan musik brass Inggris yang pertama kali tercatat diperdengarkan di nusantara.
Adapun jauh sebelumnya, para pedagang Cina, Arab, Gujarat-India, Jawa dan Melayu telah menjadikan Ternate sebagai Bandar perdagangan rempah-rempah mereka. Benteng Oranje sendiri adalah  bekas benteng melayu itu kemudian di ubah menjadi markas besar VOC se Asia Tenggara dimana Ternate sempat dipimpin oleh 4 Gubernur Jenderal Belanda, masing- masing Pieter Both, Laurens Reael, Gerard Reinst dan Jan Pieterzon Coen. Pada periode Gubernur Jenderal Belanda ke empat Jan Pieterzon Coen, barulah VOCmemindahkan ibukota dari  Ternate ke Jakarta dan merubah Jakarta menjadi Batavia pada 1619.

Kita dapat bertanya kenapa harus Ternate menjadi pusat perhatian? Karena magnet  cengkih ternyata luar biasa. Artefak cengkih telah ditemukan pada peninggalan arkeologis Terqa Mesopotamia (Syria) pada 1700 SM. Pada milenium pertama SM, era China, India hingga Romawi, cengkih telah diperdagangkan. Bangsa China adalah manusia pertama yang memperdagangkan cengkih ke seantero dunia. Tidak mengherankan jika sejarawan Profesor A.B.Lapian menyatakan jalur sutera atau silk road itu, sebenarnya berawal dari Ternate atau Maluku. Jalur tersebut secara historis sepantasnya disebut the spices road atau jalur rempah-rempah. Karena melalui perdagangan rempah-rempah itulah terjalin peradaban kuno sejak Dinasti Han (220-206 SM) hingga hari ini kita mengenal dengan istilah globalisasi.

Benteng Oranje, dengan demikian adalah sebuah monumen globalisasi dimana terjadi puncak pertautan peradaban antara timur dan barat. Pertautan peradaban itu, juga memiliki makna imperialisme, kolonialisme, bahkan juga menghasilkan Indonesia modern yang kita kenal sebagai negara bangsa dewasa ini. Bukankah negara ini ada sebagai kelanjutan dari Hindia Belanda dan dibentuk berdasarkan Traktat London,1824 itu. Karena tanpa kolonialisme, nusantara adalah hamparan kerajaan-kerajaan yang tidak terikat satu sama lainnya. Kolonialisme pada sisi lain, ternyata telah mempersatukan kita dalam sebuah nation state [negara bangsa] Indonesia. Tidaklah mengherankan jika Ben Anderson menyebut negara terbentuk dari imagined communities.
Dalam konteks itulah benteng Oranje sebagai monumen kultural,  melatarbelakangi teman-teman musisi Maluku Utara memilihnya sebagai tempat perhelatan musik jazz yang pertama diadakan di kota rempah-rempah, Ternate ini.

Ternate sendiri, sebagai pusat peradaban bangsa-bangsa pada masa lalu, tentu telah mengalami banyak akulturasi dam asimilasi kultural, termasuk seni musik dalan kebudayaan lokalnya. Kita bisa menemukan tarian ‘dadanza’ peninggalan Spanyol, termasuk peninggalan Portugis berupa polka, katreji dan mazurkas di Labuha, Bacan, sebagaimana ditulis ilmuwan Inggris Alfred Russel Wallace dalam magnum opusnya Malay Archipelago. Ternate sebelum kemerdekaan pun pernah memiliki kelompok brass musik dari Kalumpang dan Santiong yang dinamakan“Tessor.”Karena grup brass musik ini pemain terompet dan saxophone nya rata-rata berasal dari keluarga Tess dan Assor. Grup ini konon pernah menerima persembahan seperangkat alat tiup dari Ratu Belanda Juliana. Mereka ini adalah musisi alamiah, berbakat tanpa dipoles pendidikan musik secara formal melalui sebuah konservatorium sebagaimana kota-kota besar di Eropa. Dua kampung ini hingga kini masih menyisakan blower musik tiup kesohor. Sebutlah nama Alm. Karim Tess, seorang trumpetis jazz kawakan yang pernah mendampingi “Ireng Maulana All Star.” Mereka juga pernah mewakili Indonesia pada berbagai festival jazz level dunia seperti North Sea Jazz Festival di Den Haag, Belanda.Juga nama Amri Kahar (Muraji Tess), seorang blower group band Black Brothers yang sekarang menetap di negeri Belanda. Ternate tempo doeloe juga pernah memiliki orkes El-Morgam yang sangat kesohor pada zamannya.

Pada era 1960-an hingga 1970-an kelompok musik Ternate ini juga membentuk sebuah group band yang cukup kesohor di Jakarta bernama “The Tankers.” Band ini memang terdiri dari pasukan brass musik Kalumpang dan Santiong, dimana mereka adalah karyawan PN. Pertamina divisi perkapalan [tongkang], dibawah Direktur Utama PN. Pertamina Ibnu Sutowo. Sebutlah nama-nama pemain The Tankers seperti Alm. Zainal Tess, dan Anwar Tess yang sekarang pesiunan Pertamina, namun masih giat sebagai musisi senior yang menenteng trumpet kemana-mana. The Tankers pada era 1970-an bahkan bermain sebagai homeband pada Ramayana Bar milik Pertamina di New York, Amerika Serikat. Biduan senior Bob Tutupoly, adalah penyanyi merangkap mc pada Ramayana Bar tersebut.
Adapun warna musik di Ternate, memang sedikit bernuansa latin dan kaya akan perkusi. Saya melihat faktor akulturasi Portugis dan Spanyol turut mewarnai kebudayaan lokal kita di Maluku Utara. Sebagaimana hal yang sama dapat ditemui pada keroncong Tugu di Jakarta yang notabene adalah peninggalan Portugis. Di Ternate kita bisa melihat warna pada karya-karya klasik seperti beberapa gubahan Engku Doel Syafar (Drs. A.K Syafar), misalnya dalam lagu Rosi Seli dan Demo Madero yang bernuansa latin. Beliau juga mengarang lagu Naro Oti, Cala Ibi dan Borero yang sangat melegenda hingga sekarang. Juga karya Abdullah Baay seperti lagu Cangkole, bisa diaransemen menjadi latin-funky dengan perkusi yang kuat. Abdullah Baay juga mengarang Una Kapita yang popular dimana-mana. Saya pernah menonton dari jarak dekat Tess Brothers dalam sebuah perhelatan keluarga, membawakan lagu “Moku-Moku Sose” dalam balutan brass dan perkusi yang sangat kaya. Lagu ini dibawakan Karim Tess, Anwar Tess dan kawan-kawan dengan nuansa jazz. Juga dalam sebuah rekaman lama penyanyi Melky Goeslaw, ia pernah membawakan lagu “Lala Yon” yang di iringi Yopie Item Band dengan aransemen latin jazz.

Musisi jazz Ternate dapat ditelusuri hingga Jogja, tercatat Wahyudi Nachrawy (alm), seorang guitarist jazz di Jogja yang cukup kesohor hingga akhir hayatnya. Ia menjadi leader pada homeband Stasiun TVRI Jogja pada era 1980-an sebelum maraknya stasiun televise swasta. Dari ayahanda Wahyudi Nachrawi, Alm.Haji Ismail Nachrawi, pendiri group band The Indras, beliau menyampaikan kepada saya bahwa sejak awal beliau membentuk band The Indras pada akhir 1970-an,sebenarnya diniatkan sebagai band jazz. Memang Ismail Nachrawy sejak muda adalah musisi jazz di kota Makassar sezaman dengan orang tua penyanyi jazz Drg.Rien Jamain. Beliau seangkatan dengan Jack Lesmana [Jack Lemmers] dan Bubby Chen pada era 1950-an. Ismail Nachrawy sendiri adalah seorang pemain bass guitar yang handal.

Nakh, benang merah panjang pertautan peradaban antar bangsa di Ternate ini, yang akan ditampilkan dalam de Fort Oranje Cultural & Jazz Festival 2019. Kita semua tahu bahwa tahun 2019, ditandai sebagai tahun politik. Tahun dimana menjadikan bangsa ini sering lupa akan kebudayaan dan seni karena semuanya pada terpana dengan politik yang kian memanas.  Kitapun terkooptasi habis dalam ujaran hate-speech[ujaran kebencian] dan hoax yang penuh muslihat di ruang publik antara lawan politik satu dan yang lainnya. Namun ternyata masih ada sekelompok anak muda seniman dan budayawan di Ternate, yang mau berkumpul dan menampilkan sesuatu yang lain diluar gonjang - ganjing politik yang destruktif. Mereka seakan tampil untuk memelihara nalar dan kewarasan berpikir kita melalui festival ini.

Memang kita kadang lupa, bahwa musik jazz itu sangat terkait erat dengan makna demokrasi yang sesungguhnya. Karena jazz menghadirkan kebebasan improvisasi dari berbagai orang dan berbagai instrumen, tanpa kehilangan ritme dan tempo serta harmoni. Jazz bukanlah lagu koor dimana semuanya harus searah dan sama, karena berbeda berarti kesalahan alias fals. Yang memaksakan kebersamaan adalah tindakan otoritarian, bukanlah demokrat sejati. Jika bisa kita bedakan mana demokrasi dan mana bukan dalam perspektif seni. Maka jazz sejatinya adalah sesuatu yang demokratis. Seandainya saja setiap elite politik negeri ini, dapat mengapresiasi musik jazz, saya yakin demokrasi pun akan berjalan mulus tanpa benturan kemanusiaan. Karena musik adalah makanan bathin yang akan memperkaya nurani dan memperhalus rasa. Tanpa kekayaan nurani dan kehalusan rasa, kita adalah “homo homini lupus, bellum omnium contra omnes” [manusia adalah serigala bagi yang lainnya, akan memakan satu sama lainnya], sebagaimana dikatakan Thomas Hobbes dalam Leviathan.Filsuf Aristoteles juga mengatakan bahwa manusia adalah mahluk zoon politicon, atau binatang politik.

Adapun jazz sendiri memang berkembang seiring irama blues, dari kaum hitam yang tertekan di Amerika. New Orleans adalah kota asalnya. Justru itu ia bukan musik gedongan atau milik kaum the have. Karena jazz, demikian juga blues, sebenarnya adalahsimbol perlawanan terhadap ketertindasan manusia, exploitation l’homme par l’homme tadinya. Ia adalah simbol kemerdekaan kemanusiaan yang sesungguhnya.

Dan Fort Oranje Jazz Festival di Ternate ini, adalah sebuah agenda yang monumental, seyogyanya dijadikan even tahunan bagi Kota Ternate dengan menampilkan warna sejarahnya yang sangat kaya tersebut. Kita tahu bahwa Ternate akan melaksanakan even ekspedisi rempah-rempah, sebagaimana telah dicanangkan Pemerintah Kota Ternate. Lalu akan dibentuk “East and West Cultural Center and Conservatorium” di Ternate yang digagas Dirjen Kebudayaan Profesor Hilman Farid. Bahkan teman-teman lain akan mendeklarasikan terbentuknya Komunitas Wallacea Ternateuntuk mengenang Alfred Russel Wallace, di samping Komunitas Jazz Ternate. Belum lagi Tidore akan menjadi tuan rumah bagi perayaan 500 tahun ‘Eksepdisi Magellan’ keliling dunia, kegiatan mana melibatkan 10,000 lebih pengunjung dari 23 kota dan 12 negara tersebut. Tentu semuanya bukan tidak mungkin membutuhkan suguhan kebudayaan dan seni yang kuat cita rasa peradabannya. Para partisipan Ekspedisi Magellan ini akan menetap selama 40 hari di Maluku Utara. Untuk itu, makna festival kali ini, bukan sekadar sebuah even kosong, karena akan mengantar Maluku Utara menjadi destinasi wisata yang layak dikunjungi oleh manca negara, disamping anak negerinya sendiri belajar mencapai cita rasa peradaban dunia di negerinya sendiri. Sebagaimana fungsi Ternate dari abad ke abad. Jogja misalnya memiliki Bromo Jazz Gunung setiap tahunnya pada setiap Juli dimana perhelatan dilaksanakan di alam terbuka. Bromo Jazz Gunung telah berlangsung sepuluh tahun. Demikian juga Bali, memiliki event jazz tahunan Ubud Village Jazz Festival, sebagai  pagelaran jazz bertaraf internasional setiap tahunnya pada setiap Agustus untuk menarik wisatawan dunia. Ini telah berlangsung sejak 2010. Mereka memadukan kearifan lokal dengan nuansa jazz. Kota Makassar pun tak mau kalah, menyelenggarakan Makassar Jazz Festival selama sembilan tahun terakhir di Benteng Rotterdam, Makassar. Pagelaran jazz ini dikaitkan dengan hari ulang tahun Kota Makassar pada setiap November. Kota-kota ini juga telah membentuk Komunitas Jazz masing-masing.

Pada Oranje Jazz Festival ini selain menampilkan grup lokal anak negeri, juga menghadirkan bintang tamu musisi jazz nasional seperti Otti Jamalus dan Yance Manusama serta drummer Deska Anugrah Samudra. Otti dan Yance sendiri adalah pemilik sekolah musik jazz di sebuah kawasan elite di Jakarta. Otti Jamalus memang berdarah Ternate. Adapun Yance Manusama, seorang bassist jazz terbaik Indonesia ini, orang tuanya gugur di Halmahera sebagai perwira TNI dalam peristiwa Permesta. Tidak mengherankan jika Kesatrian Pasukan Infateri TNI di Akediri, Jailolo, mengabadikan nama Kesatrian Jance Manusama. Nama tersebut mengabadikan nama Mayor TNI Jance Manusama yang gugur di Sungai Tiabo, Halmahera.

Sekitar tahun 2000-an, menonton jazz seperti Ireng  Maulana, Kiboud Maulana dan Yance Manusama, maupun Otti Jamalus, dan Karim Suweleh hanya bisa kita nikmati di klub jazz Jamz, awalnya di sudut Panglima Polim, Jakarta lalu berpindah ke kawasan Semanggi, Jakarta. Sayangnya klub ini sekarang telah bubar. Atau pada Executive Jazz Club The Black Cat, Kawasan Senayan.
Adapun perhelatan jazz akbar seperti Jakarta International Java Jazz Festival setahun sekali diadakan pada setiap awal Maret.Saya selalu mengikutinya sejak awal perhelatan akbar tersebut pada 2004. Beberapa waktu lalu, saya sempat bertandang ke KBRI Warsawa, Polandia dan bertemu Duta Besar Indonesia untuk Polandia, Peter Gontha, seorang pebisnis dan musisi jazz serta promotor Jamz sekaligus penggagas perhelatan akbarJava Jazz Festival. Melalui tangan dingin Peter Gontha, ia pernah mendatangkan Tania Maria dan James Brown pada Java Jazz pertama 2004 di Covention Hall Jakarta. Peter juga sempat menghadirkan Carlos Santana dan George Benson di arena Java Jazz, Kemayoran Jakarta. Saya menyampaikan bahwa jazz harus terus digalakkan demi terwujudnya demokrasi dan akal sehat. Sebaliknya tanpa jazz demokrasi pun akan redup bahkan mati suri, karena kita bakal kehilangan akal sehat. (*)

Minggu, 04 Juni 2017

Ganda Putra dan Ganda Putri Indonesia Juarai Thailand Terbuka.


Jakarta (ANTARA News) - Indonesia memastikan mendapatkan satu dari tiga peluang gelar pada turnamen bulu tangkis Thailand Terbuka 2017 setelah pasangan ganda putri Greysia Polii/Apriani Rahayu menaklukkan wakil tuan rumah Chayanit Chaladchalam/Pathaimas Muenwong dua game langsung 21-12, 21-12.

Pada game pertama  partai final di Nimibutr Stadium, Bangkok, Greysia/Apriani sempat tertinggal 5-8. Tetapi membalikkan keadaan setelah meraih lima angka beruntun sampai balik memimpin 10-8.  Mereka berhasil menjaga momentum permainan dan menutup game ini dengan 21-12.

Memasuki game kedua, Greysia/Apriani tak membiarkan lawan mengembangkan permainan sampai unggul 11-7 untuk kemudian menutup laga, juga dengan 21-12.

Kemenangan pasangan baru ini menjawab target yang dibebankan kepada keduanya untuk meraih gelar dan sekaligus memberikan sinyal positif untuk bulu tangkis Indonesia.
Pasangan Berry Angriawan/Hardianto menyusul ganda putri Greysia Polii/Apriani Rahayu menjuarai Thailand Terbuka 2017, setelah menyudahi perlawanan ganda putra  Jerman, Raphael Beck/Peter Kaesbauer, pada final di Nimibutr Stadium, Bangkok.

Pasangan Indonesia ini hanya perlu waktu 38 menit untuk mengakhiri petualangan pasangan Jerman.

Pada awal game pertama, mereka unggul cepat 11-5, namun sempat ditempel ketat pada 15-17. Tetapi, mereka akhirnya kembali ke permainan mereka untuk menutup game ini dengan 21-16.

Pada game kedua, Berry/Hardianto tak mau kehilangan momentum dengan bermain cepat dan cantik di depan net untuk menekan Raphael/Peter sampai unggul jauh 11-6 sampai kemudian menyudahi perlawanan mereka pada 21-16.

Ini adalah gelar kedua bagi Indonesia pada turnamen Grand Prix Gold ini setelah Greysia Polii/Apriyani Rahayu menundukan pasangan tuan rumah Chayanit Chadalam/Phataimas Muenwong.

Gelar ini pun menjadi gelar grand prix gold kedua Berry/Hardianto setelah menjuarai Malaysia Masters 2017 lalu.

Indonesia masih berpeluang menambah gelar dari nomor tunggal putra melalui Jonatan Christie yang akan berhadapan dengan Sai Praneeth B dari India.

Tunggal putri menjadi milik wakil tuan rumah Ratchanok Intanon yang mengatasi Busanan Ongbamrungpan dengan 21-18, 12-21, 21-16.

Sumber  :
http://www.antaranews.com/

Sabtu, 29 April 2017

Merauke, Adalah Kota Cantik Gerbang Timur Indonesia.




Dari sejarah, diketahui merauke ditemukan pada tanggal 12 Februari 1902. Orang yang pertama menetap di sana adalah pegawai pemerintah belanda. Mereka mencoba untuk hidup di antara dua suku asli yaitu Marind Anim dan Sohoers. Mereka berjuang keras melawan keganasan alam (termasuk pemburu kepala). Lama kelamaan tempat tersebut mengalami pertumbuhan yang sangat cepat sehingga menjadi sebuah "kota". Jauh di eropa, para wanita suka memakai hiasan bulu dari burung dari khayangan "Cendrawasih" di topi mereka.
Dari Merauke orang Indonesia, Eropa dan Cina, mulai untuk "menyerbu" hutan di selatan nugini untuk memburu burung sebanyak mungkin. Ketika pemerintah Belanda melarang perburuan, mereka semua kembali ke Merauke untuk menghabiskan uang yang mereka dapatkan. Hal ini yang menyebabkan mengapa di kemudian hari populasi penduduk di Merauke tidak banyak, ini dikarenakan Merauke adalah kota untuk para pendatang (orang asing). Namun sekarang, banyak penduduk asli Papua yang mulai menetap di Merauke. Asal mula nama "Merauke" sebenarnya berasal dari sebuah salah paham yang dilakukan oleh para pendatang pertama. Ketika para pendatang menanyakan kepada penduduk asli apa nama sebuah perkampungan , mereka menjawab " Maro-ke" yang sebenarnya berarti "itu sungai Maro". Orang Marind berpikir bahwa sungai maro(yang lebarnya 500m) lebih penting dari nama area tempat sebuah hutan yaitu Gandin. Penduduk asli papua sendiri menyebut area tempat kampung tersebut terletak dengan mana " Ermasoek".


Secara politis administratif, kota Merauke dulunya merupakan pos pemerintah Belanda yag digunakan sebagai transit bagi para republikan untuk menuju Boven Digoel. Setelah wilayah Irian Jaya berintegrasi dengan Pemerintah Belanda tahun 1963, kemudia kota tersebut ditetapkan sebagai Ibukota Kabupaten Dati II Merauke dan setelah periode Penentuan Pendapat Rakyat (1963-1969), mulai tumbuk beberapa kelompok permukiman yang dipacu dengan adanya kemudahan-kemudahan suatu kota.

Pembagian Administratif

Kecamatan di Kabupaten Merauke adalah:

Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Merauke per tanggal 31 Desember 2012, menurut pendataan dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil berjumlah 246.852 Jiwa. Dari jumlah tersebut, Penduduk laki-laki mencapai 130.514 Jiwa dan perempuan mencapai 116.338 Jiwa. Jumlah Kepala Keluarga tercatat sebanyak 60.406 KK. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Distrik Merauke yang jumlahnya mencapai 115.359 Jiwa. Jumlah penduduk terkecil terdapat di Distrik Kaptel dengan jumlah penduduk sebanyak 1.833 Jiwa. Data tersebut dapat disajikan pada tabel berikut ini :


No NAMA DISTRIK LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KK
1 MERAUKE 60.869 54.490 115.359 27.209
2 MUTING 2.978 2.722 5.700 1.359
3 OKABA 2.734 2.433 5.167 1.182
4 KIMAAM 3.739 3.415 7.154 1.586
5 SEMANGGA 8.560 7.644 16.204 4.402
6 TANAH MIRING 10.933 9.571 20.504 5.341
7 JAGEBOB 4.941 4.239 9.180 2.551
8 SOTA 2.085 1.830 3.915 935
9 ULILIN 2.661 2.298 4.959 1.262
10 ELIKOBEL 2.545 2.112 4.657 1.157
11 KURIK 8.441 7.445 15.886 4.306
12 NAUKENJERAY 1.205 1.135 2.340 540
13 KAPTEL 936 897 1.833 375
14 TUBANG 1.486 1.366 2.852 673
15 NGGUTI 1.124 1.008 2.132 436
16 TABONJI 3.019 2.766 5.785 1.370
17 WAAN 2.332 2.158 4.490 1.085
18 ILWAYAB 3.047 2.584 5.631 1.304
19 MALIND 5.614 5.071 10.685 2.820
20 ANIMHA 1.265 1.154 2.419 513

Transportasi


Peta Infrastruktur Kabupaten Merauke (2012)
Untuk menuju ke Kota Merauke (Kota Rusa) bisa ditempuh dengan menggunakan kapal laut (Kapal Pelni) dan juga melalui transportasi udara yang dilayani oleh Meskapai Garuda Indonesia, Sriwijaya Air dan Lion Air.
Kota Merauke terkenal dengan sebutan Kota Rusa dikarenakan dahulu hewan jenis ini banyak sekali ditemukan di kota ini, perburuan rusa besar besaran akhir akhir ini di Pulau Kimaam, Distrik Ngguti, Distrik Okaba dan sekitarnya dikhawatirkan akan memusnahkan populasi hewan ini. Selain itu terdapat binatang-binatang asli Papua lainnya, seperti kangguru merah, burung pelikan, kasuari, kuskus, tikus berkantung , kura kura, kasuari, kakatua dan sebagainya. Perdagangan satwa satwa ilegal juga merupakan ancaman bagi kelestarian hewan hewan itu.

Dilihat dari kondisi geografi, sejarah, ekonomi dan budaya, Kota Merauke memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan dengan kota-kota lainnya di Pulau Papua. Secara geografi, kota Merauke adalah salah satu kota paling timur di Indonesia, sekaligus berbatasan dengan Negara (Papua New Guinea).
Di kota Merauke terdapat sebuah tugu yang merupakan kembaran dari tugu yang terdapat di Sabang, yaitu Tugu Sabang-Merauke. Tugu ini dibangun sebagai simbol Kesatuan Negara Republik Indonesia dari Sabang (Aceh) sampai Merauke (Papua). Tugu Sabang-Merauke ini bisa kita jumpai di Distrik Sota, yaitu sebuah daerah yang terletak di sebelah timur kota Merauke. Untuk menuju ke Sota kita bisa menggunakan kendaraan roda empat.


Perekonomian di kota Merauke termasuk berkembang. Kapal-kapal yang memuat kebutuhan pokok penduduk Kabupaten Merauke berdatangan dari Pulau Jawa, namun untuk kembali ke Pulau jawa kapal-kapal ini tidak memuat barang muatan. Terjadi juga transaksi dagang antara penduduk Merauke dengan penduduk Negara tetangga PNG yang datang ke daerah kabupaten Merauke (Pelintas Batas) khusus untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Masalah Flu Burung yang sering terdengar di media masa Indonesia seperti tidak terlihat di Pulau Papua khususnya di kota terujung sebelah timur Indonesia ini. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh kurangnya akses transportasi ke daerah terujung timur Indonesia ini.
Terdapat berbagai sub marga dari Suku Marind-anim tersebut, yaitu:
  1. Kaize
  2. Gebze
  3. Balagaize
  4. Mahuze
  5. Ndiken
  6. Basik-basik

Wisata Alam

Taman Nasional Wasur


Taman Nasional Wasur adalah sebuah taman nasional yang di mana bentuknya berupa lahan basah, dan lahan basah ini merupakan lahan basah yang paling luas yang berada di Papua ataupun Irian Jaya namun Taman Nasional Wasur memiliki sedikit gangguan karena aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Lahan Basah yang ada di Taman Nasional Wasur merupakan lahan basah yang memiliki banyak fungsi penting diantaranya lahan basah ini menyediakan kebutuhan pangan yang cukup bagi ekosistem yang bernilai tinggi seperti kepiting, udang, dan ikan. Selain itu lahan basah ini juga berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi ekosistem yang ada di dalamnya.Taman Nasional Wasur di Merauke lebih dikenal dengan sebutan "Serengiti Papua".

Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_Utama

Jumat, 28 April 2017

Pulau Masela Kab. Maluku Barat Daya Adalah Wilayah Terluar NKRI yang Berbatasan Langsung dengan Australia dan Timor Leste, di Pulau inilah Potensi Gas Alam Cair (LNG) terbesar di Asia



Pulau Masela terletak di Kecamatan Babar Timur Kabupaten Maluku Barat Daya Provinsi Maluku, pada posisi koordinat Lintang Selatan 8° 12′ 29″ dan Bujur Timur 129° 49′ 32″ yang memiliki Titik Dasar 108 dan Titik Referensi 108. Pulau Masela merupakan pulau kecil terluar yang berbatasan dengan Negara Timor Leste dan wilayah perairan Australia.

Akses menuju Pulau Masela dimulai dari Ambon menggunakan pesawat perintis menuju Saumlaki (Ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat), sesampainya di Saumlaki dilanjutkan dengan perjalanan laut dengan menempuh 3 sampai 4 jam menyesuaikan kondisi laut. 


Perairan lepas pantai Pulau Masela memiliki potensi gas alam cair (LNG/Liquid Natural Gas) yang dikenal dengan “Blok Masela”. Perairan ini rawan konflik mengingat letaknya berbatasan dengan Timor Leste dan Australia.  Eksploitasi LNG di Pulau Masela itu tepatnya di sebelah timur dari Timor Leste yang lebih dekat dengan Papua. Kekayaan alam yang melimpah di dasar laut Pulau Masela harusnya berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat tentunya dengan tidak meninggalkan kelestarian lingkungan.






Pemerintah tengah mencari lokasi yang tepat untuk pengembangan proyek Blok Masela di Maluku. Saat ini, ada beberapa pilihan lokasi untuk pembangunan kilang pengolahan gas dan fasilitas pendukung megaproyek tersebut.

Presiden Joko Widodo di Bandar Udara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu, 24 Maret 2016, mengumumkan, Blok Masela diolah di darat. Polemik apakah Blok Masela diolah di darat atau di laut selesai.

Kamis, 20 Maret 2016, dalam acara makan siang di Istana Merdeka, Presiden menjelaskan manfaat pengelolaan Blok Masela untuk kemakmuran bangsa kepada tiga wartawan.


 
 

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi menerangkan, ada tujuh pulau yang menjadi opsi lokasi pembangunan kilang darat Blok Masela. Dua pulau berada di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, yakni Pulau Selaru dan Yamdena. Sedangkan dua pulau lainnya berada di Kabupaten Maluku Barat Daya, yaitu Pulau Babar dan Pulau Masela.


Sumber :
 http://zafrian.blogspot.co.id/ 
 http://katadata.co.id/berita/2016/06/22/skk-migas-cari-600-hektare-lahan-untuk-proyek-blok-masela