Rabu, 05 April 2017

GANJA FIDELIS UNTUK SANG ISTRI TERCINTA.


BAGIAN PERTAMA

Fidelis Arie Sudewarto (36) saat ini hanya bisa pasrah. Sejak petugas Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Sanggau menangkapnya karena menaman 39 batang pohon ganja (cannabis sativa) pada 19 Februari 2017 yang lalu, saat itu pula upayanya merawat sang istri, Yeni Riawati berakhir.
Fidelis, seorang pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sanggau ini menanam ganja untuk untuk mengobati penyakit istrinya, yang didiagnosa menderita syringomyelia (tumbuhnya kista berisi cairan (syrinx) di dalam sumsum tulang belakang).
Sang istri akhirnya meninggal dunia, tepat 32 hari setelah Fidelis ditangkap BNN.

Pernikahan Fidelis dan Yeni dikaruniai dua orang anak, yaitu Yuvensius Finito Rosewood (15) dan Samuel Finito Sumardinata (3).  Sementara Yeni merupakan guru Bahasa Inggris di SMP negeri 3 Mukok.
Yohana L.A Suyati, kakak kandung Fidelis menceritakan, penyakit yang diderita Yeni ketika hamil anak kedua mereka Samuel, pada tahun 2013 yang lalu. Saat itu kaki sebelah kanan Yeni sakit dan tidak bisa digerakkan sehingga dibawa ke RSUD Sanggau.
"Saat itu dokter tidak bisa mendiagnosa dan mengatakan itu bawaan hamil, kemudian Yeni dibawa pulang kembali ke rumah," ujar Yohana saat ditemui di rumah Fidelis, Senin (3/4/2017) sore.



Baca juga: Tanam Ganja untuk Pengobatan Istri, Fidelis Tak Seharusnya Ditangkap dan Dibui
Tak lama berselang, Yeni pun melahirkan secara normal dengan kondisi anak dan ibu sehat. Namun, pada tahun 2014 ketika bayi berusia lima bulan, sakit yang dialami Yeni kambuh. Kali ini kedua kakinya sakit dan tidak bisa digerakkan.
Yeni kemudian dibawa kembali ke RSUD? Sanggau dan didiagnosa menderita penyakit Shyndrome Guillain Barre (SGB) dan dirujuk ke RS Santo Antonius Pontianak.
Setibanya di Pontianak, hasil laboratorium dari RS Antonius tidak menemukan indikasi adanya penyakit SGB tersebut.
"Namun, berdasarkan pemeriksaan radiologi (MRI) di Antonius ada kemungkinan menderita syringomyelia," ujar Yohana.
Setelah mengetahui hasil diagnosa MRI tersebut, Yeni kemudian dibawa kembali ke Sanggau. Pihak keluarga kemudian mencoba pengobatan alternatif dengan terapi pijat saraf di daerah Bodok, Kabupaten Sanggau.

Yeni menjalani pengobatan selama dua minggu di tempat terapi tersebut dan menunjukkan perkembangan, yaitu jempol kakinya sudah mulai bisa digerakkan. Lantaran menunjukkan adanya perubahan, Yeni kemudian dibawa pulang ke rumah, karena terlihat mulai sehat.
Namun, tak lama berselang, sekitar tahun 2015, penyakitnya kembali kambuh dan dibawa ke rumah sakit Sanggau dan didiagnosa menderita psikosomatis (gangguan kejiwaan) sehingga dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa Singkawang.
Karena di RSJ Singkawang tidak ada layanan rawat inap, Yeni kemudian dirujuk lagi ke Rumah Sakit Santo Vincentius Singkawang dan dinyatakan boleh pulang karena tidak ditemukan kelainan kejiwaan.
Kemudian, pada tahun 2016, Yeni kembali dibawa ke RSUD Sanggau. Kali ini penyakit hasil diagnosa menyebutkan dia menderita Tumor Buli, kemudian dirujuk ke RSU Soedarso Pontianak.

"Berdasarkan hasil USG, pihak RSUP Soedarso Pontianak menyatakan tidak ada penyakit tumor buli dan berdasarkan hasil MRI, RSUP Soedarso Pontianak mendiagnosa bahwa penyakit yang diderita adalah penyakit syringomyelia," ujar Yohana.
Menurut saran dari dokter, satu-satunya cara tindakan medis yang harus dilakukan adalah melakukan operasi dengan membelah tulang belakang untuk mengeluarkan cairan (kista) di dalam tulang belakang. Namun, karena kondisi Yeni Riawati sudah sangat lemah, kemungkinan keberhasilan operasi kecil, bahkan bisa menimbulkan efek samping.
"Jangankan untuk menyembuhkan luka bekas operasi, untuk hidup normal seperi makan pada saat itu Yeni sudah susah. Oleh karena itu, dokter menyarankan agar Yeni dirawat di rumah saja," ujar Yohana.
Baca juga: Mengalir, Dukungan untuk Fidelis yang Ditangkap karena Tanam Ganja demi Obati Istri

Sejak mengetahui hasil diagnosa penyakit tersebut, Fidelis pun berupaya melakukan berbagai cara supaya istrinya bisa sembuh. Mulai dari pengobatan herbal, hingga mendatangi dukun, namun tidak juga membuahkan hasil.
Kondisi istrinya saat itu, sudah nyaris lumpuh total. Hanya tangan kanan saja yang masih bisa digerakkan. Sementara sekujur tubuhnya dipenuhi luka menganga hingga sebesar kepalan orang dewasa dan tak jarang terlihat hingga ke tulang saat membersihkannya.
Yeni juga sulit untuk tidur, ia bahkan bisa hingga tiga hari tidak tidur karena melawan penyakitnya tersebut. Selain itu, nafsu makan juga kurang dan nyaris tidak ada yang menyebabkan kondisi badannya semakin menyusut.

Fidelis kemudian berselancar di dunia maya mencari tahu tentang penyakit yang diderita istrinya. Hingga ia kemudian menemukan beberapa situs rujukan dari Eropa dan Amerika serta berkomunikasi dengan orang yang pernah mengalami atau memiliki kasus penyakit yang sama dengan yang diderita istrinya.
"Hasil dari browsing beberapa situs di luar negeri, ketemu sejumlah referensi yang menyatakan ganja itu ekstrak nya bisa untuk pengobatan berbagai jenis penyakit, termasuk yang diderita istrinya," papar Yohana.
Salah satu rujukan yang dijadikan referensi oleh Fidelis adalah seorang penderita syringomyelia di Kanada yang mampu bertahan hidup dengan ekstrak ganja yang akhirnya ingin dicobakan untuk istrinya.
"Bagaimana dia mendapatkan ganja itu, mengolahnya, kami dari keluarga tidak ada yang tahu. Hanya melihat istrinya ada mengalami perubahan, mulai bisa mau tidur, mau makan, yang sebelumnya tidak bisa tidur berhari-hari," katanya.

 
 BAGIAN KEDUA

Sejak didiagnosa menderita syringomyelia pada Januari 2016, Yeni dirawat sendiri di rumah oleh Fidelis. Untuk membantunya, setiap hari Fidelis mendatangkan perawat ke rumahnya untuk melakukan perawatan terhadap Yeni.
Selain itu, Fidelis juga melakukan perawatan sendiri dengan menggunakan dua panduan perawatan penderita penyakit syringomyelia dari dua situs milik Amerika Serikat. Dia juga mengumpulkan buku-buku dan literatur tentang ganja. Semua dipelajari Fidelis secara otodidak.
Sejak awal tahun 2016, semua cara pengobatan sudah dilakukan, mulai dari menggunakan obat medis, obat herbal, bahkan menggunakan orang pintar, tetapi tidak ada yang berhasil mengembalikan kondisi fisik Yeni.



Kakak kandung Fidelis, Yohana LA Suyati menceritakan, menjelang akhir tahun 2016 hingga ditahan oleh BNN Kabupaten Sanggau pada tanggal 19 Februari 2017, Fidelis mulai menerapkan pengobatan dengan menggunakan ekstrak ganja.
"Pengetahuan dan pengobatan menggunakan ekstrak ganja itu didapatkan Fidelis berdasarkan literatur-literatur dari luar negeri yang didapatkannya dengan mencari sendiri menggunakan internet. Kami keluarga sama sekali tidak tahu-menahu tentang itu," ujar Yohana saat ditemui di rumah Fidelis, Senin (3/4/2017) sore.
Yeni membaik
Kondisi Yeni sebelum diobati dengan ekstrak ganja sungguh sangat memprihatinkan. Yeni sulit tidur bahkan bisa beberapa hari berturut-turut tidak tidur.
Terkadang, sampai dua hingga tiga hari penuh tidak tidur walaupun sudah berusaha untuk tidur dan sudah menggunakan obat tidur, tetapi tetap tidak bisa tidur.
(Baca juga: Tanam Ganja untuk Pengobatan Istri, Fidelis Tak Seharusnya Ditangkap dan Dibui)
Yeni juga mengalami masalah dalam berkemih, yaitu tidak bisa mengeluarkan urine hingga perutnya membesar atau sebaliknya tidak bisa mengendalikan kencingnya. Juga terjadi pembengkakan di sekitar kemaluan sehingga ketika ingin kencing, air kencingnya dapat keluar dengan sendirinya sebelum sampai ke kamar kecil.
"Urine yang dikeluarkan juga bercampur dengan darah kental berwarna kehitaman," ujar Yohana.
Setiap makanan yang sudah ditelannya, tidak berapa lama kemudian pasti dimuntahkan kembali. 
 
 
Selain itu, juga terdapat luka di pinggang tengah bagian belakang yang dalam dan besar sekali hingga tulang kelihatan dan makin lama luka di bagaian belakang tubuh semakin banyak yang tumbuh dan besar-besar. Kaki Yeni juga sering mengalami kram dan kebas dengan rasa sakit yang mendera, sehingga kadang sampai harus berteriak menahan sakit.
"Kedua kaki Yeni seperti lumpuh, tidak dapat digerakkan sendiri, tangan kirinya juga  tidak dapat digerakkan," katanya.
Yeni juga sering mengeluarkan keringat berlebihan, meskipun cuaca dingin atau dalam ruang ber-AC. Untuk mengatasi kondisi suhu, Fidelis kemudian memasang termometer untuk tetap bisa memantau kondisi suhu di dalam kamar.

"Hanya Fidelis yang tahu bagaimana cara merawat istrinya itu sehingga ketika dia ditahan, kami keluarga juga tidak bisa berbuat banyak. Karena selama ini semuanya dia lakukan sendiri cara perawatannya, termasuk mengatur suhu di kamar," papar Yohana.
Selama menderita penyakit, Yeni juga tidak mau berkomunikasi dengan orang luar dan lebih senang menyendiri di kamar. Yeni lebih sering meminta lampu kamar dimatikan saja karena dia ingin tidur.
Menurut Yohana, terjadi perubahan besar semenjak Yeni menggunakan ekstrak ganja dalam proses penyembuhannya, mulai dari meningkatnya nafsu makan hingga bisa tertidur pulas sebagai mana rutinitas normal pada umumnya.

"Kami melihat istrinya sudah bisa tidur dan mau makan. Sebelumnya, Yeni bisa tidak tidur hingga berhari-hari, sampai minta obat ke Puskesmas dan minta dinaikkan dosisnya supaya bisa tidur, tetap tidak bisa tidur padahal dia sudah berusaha untuk tidur," ujar Yohana.
(Baca juga: Mengalir, Dukungan untuk Fidelis yang Ditangkap karena Tanam Ganja demi Obati Istri)
Nafsu makan Yeni meningkat, bahkan ia bisa menghabiskan setengah kilogram buah anggur dalam satu hari. Yeni juga sudah bisa meminta menu makan yang diinginkan nya.
"Nafsu makannya ada dan tidak muntah lagi ketika sedang makan. Sebelumnya, setiap kali makan selalu dimuntahkan dan bahkan tidak mau makan sama sekali. Sampai badannya itu kurus, sangat kurus sekali," ungkapnya.

Pencernaan juga mulai lancar, baik itu buang air kecil maupun besar.
Lubang-lubang pada luka-luka dekubitus sudah menutup karena daging yang baru sudah tumbuh dan permukaan luka sudah mengering.
"Bahkan, salah satu luka dekubitus di pinggang belakang yang sangat besar ukurannya sekitar satu kepalan tangan orang dewasa yang tulangnya kelihatan, sudah dapat menutup kembali dan permukaannya mengering," ungkap Yohana.
Pandangan mata dan penglihatan Yeni juga menjadi jelas. Ingatannya mulai pulih dan bisa mengingat hal-hal secara detail di masa lalu. 
 

BAGIAN KETIGA

Yeni juga sudah mau diajak berbicara, berkomunikasi, dan mulai banyak bertanya, bahkan sudah bisa bernyanyi. Jari-jari tangan kiri yang sebelumnya lumpuh sudah mulai bisa digerakkan.
"Yeni juga sudah mulai berbicara tentang harapan atau angan-angannya kalau sudah sembuh dari penyakitnya. Misalnya, ia mengatakan kalau sudah sembuh akan membeli sepeda motor baru dan kalau sudah sembuh akan mengadakan misa di rumah dengan mengundang Romo (pastor)," ujar Yohana.
Harapan sirna
Namun, keceriaan yang mulai muncul di wajah Yeni kembali sirna. Harapan untuk semakin membaik hilang karena Fidelis ditahan dan ekstrak ganja dimusnahkan sebagai barang bukti.

Yeni kemudian dibawa ke Rumah Sakit M Th Djaman Sanggau. Yeni pun kembali mengalami kesulitan tidur, kadang tidak bisa tidur semalaman.
"Yeni sempat minta dicarikan obat tidur ke puskesmas supaya bisa tidur, padahal posisinya sedang dirawat di rumah sakit," papar Yohana.
(Baca juga: Kasus Fidelis Jadi Momentum Legalkan Ganja untuk Pengobatan)
 
Nafsu makan Yeni jauh menurun. Makan hanya beberapa sendok saja dan bahkan sangat sering menolak untuk diberi makan. Setiap makanan yang masuk, dimuntahkan kembali.
Yeni juga merasakan panas padahal sudah menggunakan pendingin ruangan (AC). Luka-luka dekubitus yang saat di rumah sudah mengering, kembali memerah dan berdarah, basah. Tumbuh luka-luka dekubitus baru di pantat, selangkang, lutut, dan kedua kaki dengan ukuran cukup besar.
Kulit kaki Yeni mengelupas besar-besar dan keluar cairan dari kaki dan telapak kaki. Bagian dada di sebelah kiri terasa sakit dan sesak napas sehingga sulit bernapas.

Perut Yeni pun perlahan mulai bengkak dan membesar pada saat menjelang akhir hayatnya. Diperkirakan syringomyelia telah mematikan fungsi pencernaan, sehingga makanan dan minuman yang masuk tidak bisa dicerna lagi.
"Hal tersebut yang menyebabkan perutnya membesar, hingga akhirnya Yeni meninggal pada tanggal 25 Maret 2017 tepat 32 hari setelah Fidelis ditahan," ungkap Yohana.

PenulisKontributor Pontianak, Yohanes Kurnia Irawan
EditorCaroline Damanik
 


 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar