Sabtu, 06 Agustus 2016

Misteri di Gunung Gamalama, tentang makam-makam yang bisa tumbuh sendiri

Gunung Gamalama. (Istimewa)Gunung Gamalama, Maluku Utara, belakangan ini tengah menggeliat. Gunung ini kembali erupsi pada Rabu 3 Agustus 2016 sekitgar pukul 06.00 WIT (Waktu Indonesia Timur). Semburan material vulkaniknya mengganggu aktivitas warga sekitar, bahkan memicu kebijakan penutupan Bandara Babullah Ternate.

Gemuruh terdengar cukup kuat oleh para warga di sekitaran gunung tersebut. Di sekitar Kelurahan Akehuda, warga keluar rumah dan memalingkan perhatian ke Puncak Gunung Gamalama untuk menyaksikan aktivitas erupsi yang mulai mengeluarkan abu vulkanik.
Kejadian di pagi hari ini membuat sebagian warga saling membangunkan tetangga mereka yang masih terlelap tidur. “Bangun-bangun gunung kembali meletus lagi,” teriak warga sebagaimana dilansir OkeZone.
Meski demikian, sebagian warga terlihat beraktivitas seperti biasanya tanpa menghiraukan bunyi gemuruh yang dasyat itu.
“Ini sudah biasa, selama belum ada pengumuman dari pemerintah maka kita begini saja di rumah,” aku salah satu warga Akehuda, Suratman.
Bunyi gemuruh menyerupai bunyi pesawat ini membuat sebagian warga tidak mengetahui jika Gunung Gamalama kembali mengeluarkan abu vulkanik.
“Awalnya kami kira ini bunyi pesawat karena bunyinya mirip. Ternyata gunung meletus,” tambahnya.
Kelurahan Akehuda sendiri merupakan salah satu daerah yang sering dilalui banjir lahar dingin akibat dari erupsi. Bahkan, pada 2014 sempat memakan korban jiwa sehingga warga sangat was-was.‎
Tentang Gunung Gamalama
Gunung Gamalama adalah sebuah gunung stratovolcano kerucut yang merupakan keseluruhan Pulau Ternate, Kepulauan Maluku, Indonesia. Pulau ini ada di pesisir barat Pulau Halmahera yang ada di bagian utara Kepulauan Maluku. Selama berabad-abad, Ternate adalah pusat benteng Portugis dan VOC Belanda untuk perdagangan rempah-rempah, yang telah mencatat aktivitas volkanik Gamalama.
Gunung Gamalama mempunyai ketinggian 1.715 meter di atas permukaan laut. Gunung Gamalama ditutupi Hutan Montane pada ketinggian 1.200 – 1.500 m dan Hutan Ericaceous pada ketinggian di atas 1.500 m.

Nama Gunung Gamalama diambil dari kata Kie Gam Lamo (“negeri yang besar”). Gamalama sudah lebih dari 60 kali meletus sejak letusannya pertama kali tercatat pada tahun 1538. Erupsi yang menimbulkan korban jiwa setidaknya sudah empat kali terjadi, dengan korban terbanyak jatuh pada tahun 1775. Kala itu, erupsi Gunung Gamalama melenyapkan Desa Soela Takomi bersama 141 penduduknya. Pasca letusan, di lokasi desa yang berjarak 18 kilometer dari pusat Kota Ternate itu muncul dua danau, yaitu Danau Tolire Jaha dan Tolire Kecil.
Makam bisa tumbuh sendiri

Dari sisi lain, Gunung Gamalama juga lekat dengan keyakinan atau mitos yang diyakini masyarakat sekitar. Puncak Gamalama diyakini sebagai tempat suci, tempat bersemayamnya para raja dan imam-imam masjid Kesultanan Ternate serta para penyebar agama Islam.
Salah seorang warga Kelurahan Gambesi, Ternate Selatan, Ikram Sangaji (33) menceritakan makam-makam suci yang berada di puncak Gunung Gamalama biasa disebut jere. Dia mengatakan, jere atau makam suci itu tumbuh sendiri.
“Ayah saya menceritakan jere itu makamnya para aulia dan anbia. Jere-jere yang tersebar di puncak Gamalama itu muncul sendiri. Kalau jere yang tumbuh dahulu itu batu nisannya warna putih, sekarang batu nisannya sudah berwarna hitam,” kata dia, Kamis (04/08/2016).

Gunung Gamalama. (Istimewa)
Ikram menambahkan makam yang diyakini milik para aulia dan anbia atau orang-orang suci itu tak hanya tumbuh di puncak Gamalama tapi juga di beberapa Kelurahan di Kota Ternate.
“Seperti jere yang ada di Kelurahan Kulaba dipercaya milik para raja Kesultanan Ternate, Kelurahan Sangaji Utara milik Sangaji (panglima perang Kesultanan Ternate),” kata dia.
Adapun jere di Kelurahan Sulamadaha milik para penyebar agama Islam, Kelurahan Sasa milik para penasehat empat Kesultanan di Maluku Utara, Kelurahan Tobona milik para imam-imam masjid Kesultanan Ternate, dan Kelurahan Foramadiahi milik Sultan Khairun Ternate.
Para penunggu
Ikram sebagaimana dilansir Liputan6 mengatakan, pada Kelurahan di Kota Ternate memiliki penunggunya. Menurut dia, para penunggu itu dipercaya sebagai penjaga lokasi di Kelurahan tersebut.
Dia mengatakan, para penjaga itu dapat dilihat dengan mata batin khusus. “Untuk di Kota Ternate yang bisa melihat itu hanya pada orang-orang yang memiliki mata batin. Orang-orang ini bisa melihat orang-orang suci itu yang mendiami setiap Kelurahan,” kata dia.
Selain penunggu di Kelurahan, sambung Ikram, pada jere-jere juga terdapat penjaganya. “Sampai sekarang kepercayaan ini masih tertanam di benak setiap generasi. Bahwa Ternate adalah kota suci, yang dihuni oleh para aulia dan anbia,” imbuhnya.
“Biasanya kalau ada musibah seperti ini pasti ada kesalahan besar yang dibuat oleh warga Ternate. Misalnya, ada badai dan hujan petir, itu adalah tanda atau pemberitahuan, dan pasti ada sesuatu,” katanya.
“Belakangan ini ada hujan dan badai petir kemudian ditemukan bayi yang dibuang. Sampai bayi yang dibuang itu sudah ditemukan, barulah badai dan petir berhenti dengan sendiri.

Sumber :http://simomot.com/2016/08/05/misteri-di-gunung-gamalama-tentang-makam-makam-yang-bisa-tumbuh-sendiri/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar