Rabu, 20 Juli 2016

SANTOSO DI TEMBAK, BEGINI UNGKAPAN IKHLAS KELUARGANYA

Santoso alias Abu Wardah tewas setelah baku tembak dengan anggota satuan tugas Operasi Tinombala, di Poso, Sulawesi Tengah, Senin (18/07/2016) lalu. Keluarga Santosa yang tinggal di Desa Adipuro, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah itu ternyata sudah mendengar kabar tersebut. 

Melalui saudara sepupu Santosa, Ahmad Basri, keluarga mengaku ikhlas atas tewasnya Santoso.
“Saya sendiri belum tahu benar tidaknya Santoso ketembak. Tapi saya sudah ikhlas saja. Sudah jatahnya dia ketembak,” kata Ahmad Basri, Selasa (19/07/2016).
Sejauh ini, lanjut Basri, belum ada pembicaraan maupun rencana apapun dari pihak keluarga terkait meninggalnya Santoso.
Basri sebagaimana diberitakan TribunNews pun berkeyakinan jika jenazah Santoso tidak akan dimakamkan di Desa Adipiro, melainkan di tempat keluarganya yang lain yang tinggal di luar kota Magelang.
“Mungkin tidak dimakamkan disini. Saya tidak ikut campur soal itu. Karena saya jarang berurusan,” ujar Basri.
Terduga teroris Santosa semasa hidup. (Facebook Humas Mabes Polri)
Terduga teroris Santosa semasa hidup. (Facebook Humas Mabes Polri)
Menurut Basri, kedua orangtua Santoso, Irsan (almarhum) dan Rumiyah, memang berasal dari Desa Adipiro yang terletak di ketinggian sekitar 1.300 mdpl di Gunung Sumbing.
Keluarga Santoso kemudian pindah ke Palu karena mengikuti program transmigrasi tahun 1970 silam.
Saat itu, Basri mengaku belum lahir sehingga tidak mengetahui secara pasti kehidupan Santoso sejak kecil.
Namun, Basri pernah bertemu dengan Santoso saat pulang ke Desa Adipiro untuk menjual tanah orang tuanya pada tahun 1998.
“Sejak itu kami sudah tidak pernah berkomunikasi,” tandas Basri.
Kepala Desa Adipuro, Kecamatan Kaliangkrik, Waluyo juga menyatakan tidak ada persiapan khusus terkait kematian orang yang diduga menjadi otak sejumlah aksi terorisme di Indonesia timur tersebut.
“Kemungkinan jenazah tidak dimakamkan di desa sini. Tidak ada hubungannya (langsung). Keluarganya di luar daerah masih banyak,” kata Waluyo.
Sosok Mukhtar
Sebelumnya, Mabes Polri memastikan teroris yang tewas bersama Santoso dalam baku tembak dengan Satgas Operasi Tinombala bernama Mukhtar. Hal ini berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan Tim Disaster Victim Identification (DVI) di Rumah Sakit Bhayangkara, Palu, Sulawesi Tengah.
Kadiv Humas Polri, Irjen Boy Rafli Amar menyebutkan Mukhtar merupakan anak buah Santoso di kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Ia juga masuk dalam 12 nama anak buah Santoso yang menjadi Daftar Pencarian Orang (DPO).
“Mukhtar, dia juga DPO yang sudah dirilis ada sekitar 12 orang yang masih hidup dan ada nama Mukhtar,”kata Boy di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Selasa (19/07/2016).
Menurut Boy, langkah identifikasi telah dilakukan, sayangnya Boy tak bisa menjelaskan detail ciri fisik Mukhtar. Namun, sama seperti Santoso Tim DVI masih melakukan pemeriksaan DNA untuk memastikan bahwa jenazah tersebut adalah Mukhtar.
“Ciri fisik belum dapat saya karena proses (identifikasi) masih berjalan,” ujar Boy seperti diberitakan OkeZone.
Boy menambahkan, peranan Mukhtar sama seperti anak buah Santoso lainnya yang kerap melakukan rencana teror dan latihan teror.
“Sama, mereka kan aktivis, kegiatan mereka latihan perencanaan begitu saja jadi tidak lepas dari rencana teror dan latihan teror karena pada umumnya saling menutup satu orang punya keahlian apa. Jadi enggak ada pembagian tugas spesifik,” ujar Boy.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Panjaitan mengonfirmasi bahwa dua jenazah teroris yang tertembak dalam penyergapan di Desa Tambarana, Poso, adalah Santoso dan Mukhtar. Padahal, sebelumnya pihak kepolisian menduga jenazah yang tertembak adalah Basri, bukan Mukhtar.
Menurut Luhut, Mukhtar merupakan salah satu orang dekat yang menjadi tangan kanan Santoso.
https://simomot.com/2016/07/20/santosa-tewas-ditembak-begini-ungkapan-ikhlas-keluarganya/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar