Saat ini, kucing (felis silvestris catus) merupakan salah satu hewan peliharaan terpopuler di Indonesia maupun di dunia.
Sebagian orang menganggap kucing sebagai hewan pembawa keberuntungan,
karena kucing mampu berhubungan dengan dunia lain, dan kucing dapat
merasakan bahkan dapat mengusir roh jahat, terlebih kucing berbulu
hitam.
Setiap hewan atau tumbuhan memancarkan energi dengan frekuensi tertentu.
Energi (frekuensi) yang dipancarkan kucing merupakan energi positif
yang berlawanan dengan energi negatif di sekitarnya, seperti halnya pada
binatang angsa yang juga dapat menyingkirkan energi negatif di
sekitarnya.
Kucing diyakini mempunyai kekuatan menangkal roh-roh jahat atau makhluk halus. Oleh karena itu, hantu atau mahluk halus tidak menyukai rumah yang penghuninya memelihara kucing.
Mitos Kucing di Asia
Di Asia, kucing termasuk salah satu zodiak di Vietnam. Namun kucing
tidak termasuk ke dalam zodiak Tionghoa. Menurut legenda, ketika Raja
Langit mengadakan pesta untuk hewan yang akan dipilih menjadi zodiak,
dia mengutus tikus untuk mengundang hewan-hewan yang telah dipilihnya.
Bagian cerita ini dikisahkan dalam berbagai versi, ada versi yang
menceritakan bahwa tikus lupa untuk mengundang kucing; versi lainnya,
tikus menipu kucing mengenai hari pesta; dan berbagai variasi lainnya.
Pada akhirnya kucing tidak hadir dalam pesta itu, tidak terpilih menjadi
hewan zodiak, sehingga memiliki dendam kesumat pada tikus.
Bagi orang Jepang, kucing adalah hewan teramat istimewa. Orang Jepang
lebih memilih memelihara kucing dibanding anjing. Para kaisar yang
pernah menduduki tahta pemerintahan, selalu memelihara kucing. Ini
dikarenakan adanya mitos turun-temurun yang menyatakan bahwa kucing adalah hewan kesayangan Dewa Amaterasu (Dewa Matahari).
Sebagai hewan kesayangan Dewa, kucing sering turun ke dunia manusia
untuk mengamati kehidupan para manusia dan melaporkan segala yang
dilihatnya itu kepada para dewa. Jika ia menemukan orang yang berhati
mulia namun sangat miskin, ia akan melaporkannya kepada Dewa Kemakmuran
agar orang baik tersebut diberi rahmat rejeki.
|
Gambar boneka patung kucing Jepang (ManekiNeko), simbol rejeki. |
Dari mitos ini pulalah lahir boneka "ManekiNeko", yaitu boneka atau patung kucing yang duduk dan melambaikan satu kaki depannya. Patung seperti ini banyak dijual di toko-toko. Patung kucing ini adalah simbol rejeki atau kemakmuran, karena orang Jepang percaya bahwa kucing itu mendatangkan rejeki.
Mitos ini tidak hanya dipercaya oleh orang Jepang, tetapi juga oleh orang China yang dikenal sebagai pengusaha ulung.
Itulah sebabnya, bagi orang Jepang, kucing dianggap hewan yang keramat.
Mereka percaya, jika seseorang membunuh kucing dengan sengaja, maka
kesialan akan mengikuti sepanjang sisa hidupnya akibat kutukan dewa.
Tradisi di Jepang, jika kucing peliharaan mereka mati, maka akan
menguburkan jenazah sang kucing di pemakaman khusus hewan seperti
layaknya pemakaman manusia.
Mereka memasang dupa di kuburan kucingnya dan mendoakan supaya arwah
sang kucing diterima di Kerajaan Dewa. Diyakini, sebagai imbal-baliknya,
arwah sang kucing akan melaporkan perlakuan baik yang diterimanya
selama berada di bawah asuhan majikannya kepada Dewa dan Dewa akan
memberkati manusia yang menjadi majikannya tersebut.
Kucing Hewan Kesayangan Nabi
Bagi umat Islam, kucing adalah hewan kesayangan Nabi Muhammad SAW.
Dalam suatu kisah, Nabi Muhammad memiliki seekor kucing yang diberi nama
Mueeza. Suatu saat, dikala nabi hendak mengambil jubahnya, ditemuinya
kucing Mueeza sedang terlelap tidur dengan santai di atas jubah beliau.
Tak ingin mengganggu hewan kesayangannya itu, nabi pun memotong belahan
lengan yang ditiduri kucing Mueeza dari jubahnya. Ketika Nabi pulang
kembali ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk kepada majikannya.
Sebagai balasan, nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut
ke badan mungil kucing itu.
Dalam aktivitas lain, setiap kali menerima tamu dirumah beliau, Nabi
selalu menggendong Mueeza yang dipangku di paha beliau. Salah satu sifat
Mueeza yang disukai Nabi, dia selalu mengeong ketika mendengar adzan,
dan suara meongnya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan.
Kepada para sahabatnya, Nabi berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan
layaknya menyayangi keluarga sendiri.
|
Gambar prasasti miniatur kucing di Kekaisaran Ottoman. |
Beberapa diantara orang terdekat nabi juga memelihara kucing. Aisyah
binti abubakar shiddiq, istri nabi amat menyayangi kucing, dan merasa
amat kehilangan dikala ditinggal pergi oleh si kucing.
Abdurrahman bin sakhr al Azdi. diberi julukan Abu huruyrah (bapak para
kucing jantan), karena kegemarannya dalam merawat dan memelihara
berbagai kucing jantan dirumahnya.
Dalam syariat Islam, seorang muslim dilarang menyakiti kucing,
berdasarkan hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari kisah
Abdullah bin Umar dan Abu Hurairah.
|
Gambar suvenir kucing (patung kecil) di timur tengah. |
Dalam buku yang berjudul Cats of Cairo, Baybars al zahir, seorang sultan
dari dinasti mamluk yang terkenal, sangat menyayangi kucing. Al zahir
sengaja membangun taman-taman khusus bagi kucing dan menyediakan
berbagai jenis makanan didalamnya.
Tradisi ini akhirnya menjadi adat istiadat di berbagai kota-kota besar
di Timur Tengah. Hingga saat ini, mulai dari Damaskus, Istanbul, hingga
Kairo, dapat dijumpai kucing-kucing yang berkeliaran di pojok-pojok
masjid dengan berbagai macam makanan yang disediakan oleh penduduk
sekitarnya.
Mulai abad 13, sebagai manifestasi penghargaan masyarakat islam, rupa
kucing dijadikan suvenir sebagai ukiran cincin para khalifah, termasuk
porselen, patung hingga mata uang. Di dunia sastra, para penyair banyak
membuat syair bagi kucing peliharaannya yang telah berjasa melindungi
buku-buku mereka dari gigitan tikus dan serangga lainnya.
Dalam ilmu medis, banyak dokter tempo dulu yang menjadikan kucing
sebagai terapi medis untuk penyembuhan tulang, melalui dengkuran
gelombang suaranya yang setara dengan frekuensi 50 hertz. Dengkuran
tersebut menjadi frekuensi optimal dalam menstimulasi pemulihan tulang.
Cerita Mengharukan
Cerita yang cukup terkenal terkait kucing adalah cerita tentang seekor
kucing peliharaan yang dipercaya oleh seorang pria, untuk menjaga
anaknya yang masih bayi dikala dia pergi selama beberapa saat. Bagaikan
prajurit yang mengawal tuannya, kucing itu tak hentinya berjaga di
sekitar sang bayi. Tak lama kemudian melintaslah ular berbisa yang
sangat berbahaya di dekat si bayi mungil tersebut. Kucing itu dengan
sigapnya menyerang ular itu hingga mati dengan darah yang berceceran.
Sorenya ketika si pria pulang, dia kaget melihat begitu banyak darah di
kasur bayinya. Prasangkanya berbisik, si kucing telah membunuh anak
kesayangannya. Tak ayal lagi, ia mengambil pisau dan memenggal leher
kucing yang tak berdosa itu.
Setelah melakukan aksi keji itu, tiba-tiba sang pria tersebut tersentak
kaget, bagaimana tidak, ia melihat anaknya terbangun, dengan bangkai
ular yang telah tercabik di bawah tempat tidur anaknya. melihat itu, si
pria menangis dan menyesali perbuatannya setelah menyadari bahwa ia
telah membunuh kucing peliharaannya yang telah bertaruh nyawa menjaga
keselamatan anaknya.
Kisah ini menjadi refleksi bagi masyarakat untuk tidak berburuk
sangka kepada siapa pun, untuk tidak berpikiran negatif, untuk tidak
berperasaan negatif.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar